PENDAHULUAN
Sistem saraf
manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas
sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin
komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi
sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk
dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan
hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian
dan tingkah laku individu.
1.
Sistem Syaraf Otonom
Sistem
saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab terhadap
homeostasis. Kecuali pada otot rangka, yang mendapat persarafan dari sistem
saraf somatomotorik , semua organ yang lain dipersarafi oleh sistem saraf
otonom. Ujung-ujung saraf berlokasi di otot polos (contohnya : pembuluh darah,
dinding usus, kandung kemih), otot jantung, dan kelenjar (contohnya : kelenjar
keringat, kelenjar ludah). Sistem saraf memiliki dua divisi utama, sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Seperti telah dijelaskan diatas,
beberapa target organ dipersarafi oleh kedua divisi dan organ yang lain dipersarafi
hanya oleh satu divisi.2
Syaraf
simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi
neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang mensekresikan
asetilkoline disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan norepinefrine
dikenal sebagai adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik baik pada
sistem syaraf simpatis maupun parasimpatis. Sedangkan pada postganglion syraf
simpatik adalah adrenergik dan postganglion pada parasimpatis adalah
kolinergik.
Asetilkoline memiliki dua tipe
reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik
ditemukan pada semua sel efektor yang distimulasi oleh postganglion kolinergik
dari sistem parasimpatis sedangkan reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia
autonom pada sinaps di antara preganglion dan postganglion dari sistem
parasimpatik. Norepinefrine atau adrenaline memiliki dua reseptor yaitu
reseptor alpha dan reseptor beta. Reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta1
dan beta2 dan reseptor alpha dibagi menjadi reseptor alpha1 dan alpha2
2.
Kerja Sistem Syaraf terhadap Jantung dan Pembuluh Darah
Bagian
sistem syaraf yang berperan pada sistem kardiovaskular didominasi oleh sistem
syaraf otonom. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa sistem syaraf
otonom terbagi menjadi dua, yaitu syaraf simpatis dan syaraf parasimpatis. Berikut
ini adalah gambar yang menguraikan mengenai persyarafan simpatis dan
parasimpatis pada pembuluh darah.
Gambar
di atas menunjukkan anatomi dari sistem syaraf otonom dalam mengontrol
sirkulasi. Serat saraf simpatis meninggalkan spinal cord melalui seluruh syaraf
spinal thorakal dan melalui satu atau dua serat syaraf lumbal yang kemudian
memasuki rantai simpatis yang setiap sisinya terdapat pada kolumna vertebralis.
Terdapat 2 rute untuk memasuki sirkulasi, pertama adalah melalui jalur syaraf
simpatis yang langsung menginervasi vaskularisasi pada organ-organ viseral dan
jantung dan yang kedua adalah melalui bagian peripheral dari syaraf spinal yang
memvaskularisasi daerah-daerah perifer. Pada gambar berikutnya, ditunjukkan
bahwa distribusi syaraf simpatis pada pembuluh darah mencakup arteri,
arteriola, vena dan venula. Inervasi
pada arteri kecil dan arteriola menyebabkan syaraf simpatis mampu menstimulasi
pembuluh darah arteri untuk meningkatkan resistensi pad aliran darah dan
selanjutnya menurunkan aliran darah menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh
darah vena, memungkinkan stimulasi syaraf simpatis untuk mengurangi volume pada pembuluh darah ini. Hal ini akan
menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung dan selanjutnya berperan dalam
proses pengaturan pompa jantung, yang akan dibahas selanjutnya. Syaraf simpatis
pada jantung berperan dalam meningkatkan aktivitas jantung, baik dalam hal
meningkatkan detak jantung, meningkatkan kekuatan dan volume untuk memompa.
Meskipun
sistem syaraf parasimpatis berperan sangat penting dalam pengaturan banyak
fungsi autonom dalam tubuh, sebagai contoh untuk mengontrol sistem
gastrointestinal, parasimpatis juga memiliki peran pada regulasi sirkulasi,
meskipun tidak sedominan sistem syaraf simpatis. Salah satu efek terpentingnya pada sirkulasi
adalah mengontrol detak jantung melalui nervus vagus, yang berjalan dari batang
otak langsung menuju ke jantung. Sistem parasimpatik akan menyebabkan penurunan
pada detak jantung dan sedikit penurunan pada kontraktilitas otot jantung.
Pusat
yang berperan dalam pengaturan impuls simpatis dan parasimpatis pada pembuluh
darah terletak di dalam otak yang dikenal sebagai pusat vasomotor (Vasomotor center). Pusat vasomotor
terletak pada substansi retikular pada medulla dan bagian terendah ketiga pada
pons. Pusat ini mengirimkan impuls parasimpatis melalui nervus vagus ke jantung
dan mengirimkan impuls simpatis melaui spinal cord dan syaraf simpatis perifer
yang selanjutnya akan menuju ke pembuluh darah arteri, arteriola, dan vena.
Dalam
kondisi normal, area vasokonstriktor pada pusat vasomotor mengirimkan sinyal
pada seluruh serat syaraf simpatis ke seluruh tubuh, menyebabkan seluruh sinyal
tersebar secara kontinu pada syaraf simpatis dengan kecepatan 1,5-2 impuls per
detik. Impuls inilah yang mengatur
status kontraksi pada pembuluh darah, yang dikenal sebagai tonus
vasomotor (vasomotor tone).
Pada
saat yang sama, dimana pusat vasomotor mengontrol konstriksi pembuluh darah,
pusat vasomotor juga mengontrol aktivitas jantung. Bagian lateral dari pusat
vasomotor mengirimkan impuls eksitatori melalui serat syaraf simpatis ke
jantung saat tubuh membutuhkan peningkatan detak jantung dan kontraktilitas.
Sebaliknya, pada saat tubuh membutuhkan penurunan detak jantung, bagian medial
dari pusat vasomotor mengirimkan sinyal ke nervus vagus yang kemudian akan
mentransmisikan impuls parasimpatik ke jantung sehingga terjadi penuruna detak
jantung dan kontraktilitas. Oleh karenanya, pusat vasomotor dapat meningkatkan
dan menurunkan aktivitas jantung. Detak jantung dan kekuatan kontraksi
meningkat saat vasokonstriksi terjadi dan penurunan terjadi saat vasokonstriksi
dihambat.
Impuls
yang dikirim syaraf simpatis ke jantung akan menyebabkan peningkatan detak
jantung (efek kronotropik), kecepatan transmisi pada jaringan konduktive
jantung (efek dromotropik) dan kekuatan kontraksi (efek inotropik). Impuls yg
dikirim melalui syaraf simpatis juga dapat menghambat efek dari parasimpatis
melalui nervus vagus. Kemungkinan melalui pelepasan neuropeptida Y, yang
berperan sebagai kotransmiter pada ujung syaraf simpatis.
3.
Pengaturan Sistem Syaraf Otonom Pada Jantung
Jantung
merupakan organ muskular yang berongga, berukuran sebesar kepalan tinju dan
berlokasi di rongga dada, pada garis tengah tubuh dengan sternum pada bagian
depan dan vertebra thoracalis pada bagian belakang. Walaupun secara anatomi
jantung manusia hanya ada satu, namun sisi kanan dan sisi kiri jantung
berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi menjadi dua bagian,
kanan dan kiri dengan empat ruang di dalamnya. Dua ruangan di atas disebut
dengan atrium dan dua ruangan di bawah disebut dengan ventrikel. Pembuluh darah
yang membawa darah dari jaringan kembali ke jantung disebut dengan vena dan
yang membawa darah dari jantung ke jaringan disebut dengan arteri.1
Jantung
diinervasi oleh dua divisi dari sistem saraf otonom, yang dapat mengubah
kecepatan (dan juga kekuatan) kontraksi, walaupun rangsangan saraf tidak
dibutuhkan untuk memulai kontraksi. Saraf parasimpatis jantung, nervus vagus,
mempersarafi atrium terutama SA node dan AV node. Persarafan parasimpatis untuk
ventrikel hanya sedikit. Saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium
termasuk SA node dan AV node dan juga secara dominan mempersarafi ventrikel.1
4.
Sistem Hantaran Jantung
Dengan
sistem hantaran jantung, maka irama denyut jantung dapat dikendalikan agar
tetap dalam batas-batas normal. Sistem hantaran jantung diawali pada simpul
sinoatrial atau simpul sinus yang terdapat di bagian atrium kanan, di dekat
muara vena cava superior. Simpul sinus normal merupakan “primary cardiac
pacemaker” tetapi dalam kondisi tertentu maka pacu jantung (“cardiac
pacemaker”) yang terdapat di dalam simpul atrioventrikular atau di sepanjang
sistem hantaran jantung dapat tetap berdenyut.
Sistem hantaran jantung tersebut terdiri dari simpul sinus, preferential internodal pathways, simpul atrioventrikular, berkas His dan sistem Purkinje yang dapat dipelajari pada gambar berikut ini.
4.1.
Simpul Sinus dan Pacu Jantung
Urutan
normal bagian fungsional jantung yang berdenyut merupakan kontraksi atrium yang
disusul dengan kontraksi ventrikel dan akhirnya relaksasi jantung. Periode
kontraksi dan relaksasi ini terjadi dalam satu siklus jantung. Terjadinya
denyut jantung akibat suatu sistem hantaran impuls, sangat khusus yang dimulai dari
pusat pacu jantung (“cardiac pacemaker”) yang tertinggi di dalam atrium dan
disebut sebagai simpul sinoatrial atau simpul sinus.
Sistem
hantaran (impuls) jantung atau “Specialized Conducting System” (SCS) mampu menghasilkan
impuls dan menghantarkan ke seluruh bagian sel otot jantung sehingga dimulai
depolarisasi bagian-bagian jantung dan disusul kontraksi jantung. Pada dasarnya
sistem hantaran khusus terdiri dari sel khusus seperti sel pacu jantung(sel P),
sel Purkinje, sel transisional (sel T) dan myocardium sel. Sel-sel tersebut
berhubungan satu sama lain melalui membran plasma dan “intercalated disc”. Dan
telah bayak diketahui bahwa simpul sinus memiliki tingkat otomatisitas yang
tertinggi dibandingkan dengan bagian-bagian SCS lainnya, dan selalu memproduksi
impuls yang baru, sehingga menyebabkan jantung selalu berdenyut dengan irama
yang ritmik.
Di
dalam Sistem Hantaran Khusus, sel-sel khusus yang menghasilkan “rapid inherent
rhythm” disebut sebagai sel pacu jantung dan pada keadaan normal dominan di
bagian simpul sinus. Tetapi pada keadaan tertentu, dengan simpul sinus tidak
lagi memproduksi impuls, maka bagian lain SCS seperti simpul atrio-vetrikular,
akan menggantikannya. Dengan ditemukannya simpul sinus oleh Keith dan Flack dan
diperjelas fungsinya oleh penemuan Wybow dan Lewis, maka simpul sinus telah
dipertahankan sebagai pacu jantung dengan “the first highest inherent rhythm”
dan ini berarti bahwa simpul sinus mendominasi pengaturan irama jantung. Dengan
demikian maka irama kontraksi otot-otot jantung dikendalikan oleh adanya
alur-alur impuls yang diproduksi oleh simpuls sinus secara ritmik dan kemudian
impuls dihantarkan ke otot-otot jantung melalui SCS.
Sel
myocardium, karena mengandung sel-sel khusus tersebut, mungkin memiliki
sifat-sifat yang paling khas yaitu otomatisitas, “rhythmicity”, konduktivitas
dan kontraktilitas. Otomatisitas jantung merupakan kemampuan sel myocardium
untuk menghasilkan impuls mandiri secara ritmik dan mampu mempengaruhi perubahan-perubahan
denyut jantung (aksi kronotropik); konduktivitas jantung menempuh kemampuan sel myocardium
untuk cepat menghantarkan impuls cepat, sedangkan kontraktilitas jantung
menempuh kemampuan myocardium untuk berkontraksi sesuai dengan hukum kekuatan kontraksi
otot dan bersifat generatif.
Simpul
sinoatrial yang terletak di atrium kanan dan di bawah epicardium dari sulcus
terminalis memiliki morfologi berbentuk “cresentic structure” dan terbagi dalam
bagian kepala, batang tubuh dan ekor. Panjangnya lima belas milimeter dan
lebarnya lima milimeter (dari vena cava superior ke bagian tepi atrium) dan
tebalnya dua milimeter yang diukur dari epicardium ke permukaan endocardium.
Simpul sinus mendapatkan aliran darah dari arteri sinoatrial, yang merupakan
cabang arteri circumflexa sinister sebanyak empat puluh lima persen dan arteri
coronaria dexter sebanyak lima puluh lima persen. Impuls yang diproduksi di
bagian simpul sinus akan disebarkan ke seluruh bagian jantung melalui SCS, yang
diantara simpul sinus dengan simpul atrioventrikular terdapat “preferential
internodal pathways” yang terdiri dari (1) cabang anterior (berkas cabang
descendens Bachmann), (2) cabang berkas Wenkebach atau “midle internodal
pathways”, dan (3) jaras Rhorl atau cabang posterior, sedangkan dari sinus
terdapat cabang “by-pass” yang merupakan saluran yang berhubungan langsung
dengan bagian distal simpul atrioventrikular.
4.2.
Simpul Atrioventrikular
Letaknya
di dekat annulus katup mitral dan di bagian belakang dekat dengan ostium sinus
coronarius dan batas bagian distal berhubungan dengan berkas His. Seperti
simpul sinus, maka simpul atrioventrikular mendapat darah dari arteri nodus
atrioventrikular yang berasal dari cabang arteri coronaria dexter sebayak
sembilan puluh persen dan arteria circumflexa sinister sebanyak sepuluh persen.
Di dalam simpul atrioventrikular terdapat jaringan kolagen dan sel-sel pacu
jantung, tempat serabut-serabut selnya di bagian distal meneruskan diri sebagai
berkas atrioventrikular dan di bagian proksimal berhubungan dengan lintasan
internodal.
Penjalaran
impuls di dalam simpul atrioventrikular termasuk yang paling lambat yaitu
sekitar dua per sepuluh sampai lima per sepuluh meter per detik dan kelambatan
ini disebabkan oleh : (1) serabut-serabutnya amat kecil dibandingkan dengan
bagian lainnya, (2) kurang permeabel terhadap ion-ion natrium atau kalium, (3)
asal embrionik serabut-serabutnya berbeda dengan bagian SCS lainnya dan (4)
tidak semua impuls yang datang ke simpul atrioventrikular tepat pada saat periode
refrakter relatif dan kebanyakan jatuh pada saat periode refrakter absolut.
Walaupun demikian terdapat keuntungan, karena adanya kelambatan penjalaran
impuls ini memberikan kesempatan pada atrium untuk berkontraksi mendorong darah
ke dalam ventrikel, sebelum ventrikel ikut berkontraksi.
4.3.
Berkas His
Berkas
His terbagi menjadi dua cabang yaitu cabang berkas His kiri (“left bundle
branch”) dan cabang berkas His kanan (“right bundle branch”). Pada cabang
berkas kanan, serabut-serabutnya melalui septum interventrikular menuju ke
bagian epicardium sedangkan pada cabang berkas kiri bercabang lagi menjadi
ranting anterosuperior yang melayani sebagian besar permukaan anterosuperior
ventrikel kiri dan ranting posteroinferior yang melayani bagian posteroinferior
ventrikel kiri. Berkas His ini merupakan lanjutan simpul atrioventrikular dan
setelah bercabang lagi, maka serabut-serabutnya kemudian membentuk anyaman
Purkinje dan tersebar luas di antara serabut kontraktil myocardium.
Serabut-serabut
Purkinje inilah yang menghantarkan impuls secara cepat dengan kecepatan satu
setengah sampai empat meter per detik. Waktu untuk menghantarkan impuls dari
simpul sinus ke simpul atrioventrikular kurang lebih empat per seratus sampai
enam per seratus dan ini sesuai dengan gelombang P pada elektrokardiogram dan
setelah sepersepuluh detik kemudian impuls sampai pada berkas His. Dan waktu
yang diperlukan untuk mencapai otot-otot ventrikel berkisar seluruhnya sebesar
delapan belas per seratus detik sampai dua persepuluh detik. Dan waktu ini
sesuai dengan interval PR pencatatan listrik jantung dengan alat
elektrokardiograf.
5.
Susunan Saraf Otonom Dan Irama Jantung
Sistem
hantaran khusus mendapat pelayanan saraf otonom simpatis dan parasimpatis.
Simpul sinoatrial dipersarafi oleh saraf parasimpatis melalui saraf vagus
kanan, sedangkan saraf vagus kiri melayani simpul atrioventrikular. Kedua saraf
parasimpatis tersebut tidak memelihara otot-otot ventrikel, kecuali hanya
sedikit saja dan ini mungkin dapat diabaikan. Sedangkan saraf simpatis
memelihara semuanya, baik atrium, ventrikel, simpul sinus dan simpul
atrioventrikular. Kedua saraf otonom tersebut mengatur denyut jantung miogenik
sehingga mempengaruhi “cardiac performance” seperti otomatisitas,
konduktivitas, kontraktilitas, dan “rhythmicity” jantung. Simpul sinoatrial
merupakan pusat tertinggi pacu jantung, dan dari sinilah munculnya “inherent
rhythm” yang tidak pernah berhenti berdenyut, yang berjalan secara spontan dan
impulsnya dihantarkan melalui SCS ke seluruh bagian jantung lainnya dan
selanjutnya timbul irama jantung yang senada dengan irama simpul sinoatrial.
Rangsangan
saraf parasimpatis pada simpul sinus, cenderung memperlambat kecepatan
pembentukan impuls pada pusat pacu jantung, hal ini terjadi karena ujung-ujung
saraf parasimpatis mengeluarkan asetilkolin, yang pengaruhnya dapat menurunkan
jumlah produksi impuls di simpul sinus dan menurunkan kepekaan
“atrio-ventricular junction” terhadap impuls atau rangsang yang datang dari
simpul sinus, sehingga terjadi kelambatan hantaran impuls ke otot ventrikel.
Berkurangnya produksi impuls pada simpul sinus disebabkan oleh adanya penekanan
pada “slope diastolic depolarization” dan cenderung meningkatkan stabilitas
potensial membran istirahat, sehingga menjauhi “firing-levelnya”.
Rangsangan
yang sangat kuat oleh parasimpatis akan menghentikan perubahan ritmik aktivitas
potensial aksi pada pacu jantung dan terjadilah “blok” hantaran impuls ke
“atrio-ventricular junction”. Bila keadaan ini terjadi, maka ventrikel tidak
akan berkontraksi. Tetapi dengan adanya pacu jantung pada SCS di dalam
ventrikel dan otot-otot jantung itu sendiri, maka terjadilah rangsangan pada
ventrikel yag menyebabkan ventrikel dapat berkontraksi di luar kontrol simpul
sinus. Dan ini merupakan salah satu mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
denyut jantung. Denyut ventrikel demikian disebut sebagai : ekstrasistole
ventrikel dan pada rekaman elektrokardiogram tampak gelombang QRS tanpa
didahului oleh gelombang P. Rangsangan simpatis pada simpul sinus akan memberikan
pengaruh yang berlawanan dengan rangsangan parasimpatis, hal ini karena
simpatis meningkatkan “slope diastolic depolarization” potensial aksi pusat
pacu jantung di dalam simpul sinus, sehingga “slope diastolic depolarization”
sangat mudah mencapai potensial ambang dan kemudian disusul oleh “overshoot”,
demikian seterusnya akan terjadi berulang-ulang, sehingga tampak peningkatan
produksi impuls. Di lain pihak karena rangsangan simpatis, juga akan terjadi
peningkatan permeabilitas membran semua jaringan Sistem Hantaran Khusus dan
termasuk otot-otot jantung terhadap kalium dan natrium, sehingga hantaran
impuls dipercepat dan kekuatan kontraksi otot jantung juga meningkat.3
6.
Kontrol Kardiovaskular
Sistem
kardiovaskular berada di bawah pengaruh saraf yang
berasal dari beberapa bagian otak,
yang pada gilirannya menerima umpan
balik dari reseptor sensorik
dalam pembuluh darah. Peningkatan output saraf dari batang otak
ke saraf simpatis menyebabkan
penurunan diameter pembuluh darah (penyempitan arteriol) dan meningkatkan stroke volume
dan denyut jantung yang berperan dalam meningkatkan tekanan
darah. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan peningkatan aktivitas
baroreceptor, yang memberi sinyal batang otak untuk mengurangi output saraf ke
saraf simpatis.2
Baroreseptor
|
Tekanan Darah
|
Batang Otak
|
Denyut Jantung
|
Stroke Volume
|
Diameter Pembuluh Darah
|
Konstriksi
vena dan penurunan pasokan darah dalam reservoir vena pada umumnya bersamaan
dengan peningkatan konstriksi arteriol, walaupun perubahan-perubahan dalam
besarnya muatan pembuluh darah tidak selalu paralel dengan perubahan-perubahan
resistensi pembuluh darah. Peningkatan aktivitas saraf simpatis terhadap
jantung dan pembuluh darah, secara umum berhubungan dengan penurunan aktivitas
serabut-serabut vagal jantung. Sebaliknya, penurunan aktivitas simpatis
menyebabkan vasodilatasi. Penurunan tekanan darah dan meningkatnya simpanan
darah dalam reservoir vena. Umumnya akan diikuti dengan penurunan denyut
jantung, akan tetapi hal ini biasanya berhubungan dengan rangsangan nervus
vagus dari jantung.2
6.1. Efek Rangsangan Parasimpatis
Terhadap Jantung
Sistem
saraf parasimpatis berpengaruh terhadap simpul SA untuk menurunkan denyut
jantung. Acethylcholine dilepaskan pada peningkatan aktivitas parasimpatis yang
meningkatkan permeabilitas simpul SA terhadap K+ dengan memperlambat
penutupan saluran K+. Hasilnya, tingkat di mana
potensial aksi spontan dimulai berkurang melalui
efek dua kali lipat :
1. Peningkatan
permeabilitas K+ menjadikan membran simpul SA hiperpolar karena
lebih banyak ion kalium positif yang keluar dibandingkan keadaan normal,
membuat keadaan di dalam menjadi lebih negatif. Karena potensial
istirahat dimulai bahkan jauh
dari ambang batas, diperlukan
waktu lebih lama untuk mencapai ambang
batas.
2. Peningkatan
permeabilitas K+ diinduksi oleh rangsang vagus dan menentang reduksi
otomatis dalam permeabilitas K+ yang bertanggung jawab untuk memulai
depolarisasi membran secara bertahap ke ambang batas. Efek yang berlawanan ini
menurunkan tingkat depolarisasi spontan, memperpanjang waktu yang dibutuhkan
untuk melintas ambang batas. Oleh karena itu, simpul SA mencapai ambang batas
dan rangsangan terus berkurang, menurunkan denyut jantung.
Pengaruh
parasimpatis simpul AV menurunkan eksitabilitas simpul, memperpanjang transmisi
impuls ke ventrikel bahkan lebih panjang dibandingkan perlambatan simpul AV
yang biasa. Efek ini disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas K+,
yang membuat membran menjadi hiperpolar, sehingga menghambat permulaan eksitasi
simpul AV.
Efek Sistem Saraf
Otonom Terhadap Jantung dan Struktur yang Mempengaruhi Jantung
Area yang dipengaruhi
|
Efek dari rangsangan parasimpatis
|
Efek dari rangsangan simpatis
|
Simpul SA
|
Menurunkan tingkat depolarisasi ambang batas, memperlambat
denyut jantung
|
Meningkatkan tingkat depolarisasi ambang batas, mempercepat
denyut jantung
|
Simpul AV
|
Menurunan eksitabilitas, meningkatkan perlambatan simpul AV
|
Meningkatkan eksitabilitas, menurunkan perlambatan simpul AV
|
Jalur konduksi ventrikular
|
Tidak ada efek
|
Meningkatkan eksitabilitas, mempercepat konduksi melalui berkas
His dan sel-sel Purkinje
|
Otot Atrium
|
Menurunkan kontraktilitas, memperlemah kontraksi
|
Meningkatkan kontraktilitas, memperkuat kontraksi
|
Otot Ventrikel
|
Tidak ada efek
|
Meningkatkan kontraktilitas, memperkuat kontraksi
|
Medulla adrenalis (Kel. Endokrin)
|
Tidak ada efek
|
Merangsang pengeluaran epinephrin, hormon yang meningkatkan aksi
sistem saraf simpatis terhadap jantung
|
Vena
|
Tidak ada efek
|
Meningkatkan aliran balik vena, sehingga meningkatkan kekuatan
kontraksi jantung melalui mekanisme Frank-Starling
|
Stimulasi
parasimpatis pada sel-sel kontraktil atrium mempersingkat potensial aksi, efek
ini diyakini disebabkan oleh lambatnya arus masuk yang dibawa oleh Ca2+
yang menyebabkan fase plateu berkurang sebagai hasilnya kontraksi atrium
diperlemah.
Sistem
parasympatis mempunyai sedikit efek pada kontraksi vetrikel, karena sedikitnya
inervasi pada ventrikel.
Jadi
jantung lebih "santai" di bawah pengaruh parasimpatis – denyut
jantung berkurang dengan cepat, waktu antara kontraksi atrium dan ventrikel
memanjang, dan kontraksi atrium diperlemah. Tindakan
ini tepat mengingat bahwa sistem parasimpatis mengontrol kerja jantung dengan
tenang, situasi rileks saat tubuh tidak menuntut peningkatan output jantung.
6.2.
Efek Rangsangan Simpatis Pada Jantung.
Sebaliknya,
sistem saraf simpatik, yang mengontrol kerja jantung dalam situasi darurat atau
saat olahraga, ketika ada kebutuhan untuk aliran darah yang lebih besar,
mempercepat denyut jantung melalui efeknya pada jaringan pacu jantung. Efek
utama dari rangsangan simpatis pada simpul SA adalah untuk meningkatkan laju
depolarisasi, sehingga ambang dapat dicapai lebih cepat. Norepinefrin
dilepaskan dari ujung saraf simpatis menurunkan permeabilitas K+
dengan mengakselerasi inaktivasi saluran K+. Dengan
lebih sedikit ion potasium positif yang keluar, bagian dalam sel menjadi kurang
negatif, menciptakan efek depolarisasi. Hal ini
melayang lebih cepat dengan ambang di bawah pengaruh simpatis memungkinkan
frekuensi potensial aksi yang lebih besar dan denyut jantung yang lebih cepat.
Stimulasi
simpatis dari simpul AV mengurangi keterlambatan simpul AV dengan meningkatkan kecepatan
konduksi, mungkin dengan meningkatkan aliran masuk Ca2+ yang lambat.
Demikian
pula, stimulasi simpatis mempercepat penyebaran potensial aksi sepanjang jalur
konduksi khusus.
Dalam sel
kontraktil atrium dan ventrikel, yang keduanya memiliki banyak ujung saraf
simpatis, stimulasi simpatis meningkatkan kekuatan kontraktil sehingga denyut
jantung lebih kuat dan memeras keluar lebih banyak darah. Efek ini
disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas Ca2+ yang mempercepat
perlambatan Ca2+ yang masuk dan mengintensifkan partisipasi Ca2+
dalam proses sambungan eksitasi-kontraksi.
Efek
keseluruhan dari rangsangan simpatis pada jantung, karena itu, adalah untuk
meningkatkan efektivitas jantung sebagai pompa dengan meningkatkan denyut
jantung, mengurangi perlambatan antara kontraksi atrium dan ventrikel,
mengurangi waktu konduksi melintasi jantung, dan meningkatkan kekuatan
kontraksi.
6.3. Pengendalian
denyut jantung
Jadi,
seperti yang khas dari sistem saraf otonom, efek parasimpatisdan simpatis pada
denyut jantung antagonistik (berlawanan satu sama lain). Pada saat
tertentu denyut jantung sebagian besar ditentukan oleh keseimbangan yang ada
antara efek penghambatan saraf vagus dan efek stimulasi dari saraf simpatis
jantung. Dalam
kondisi istirahat, pengaruh parasimpatis adalah dominan. Bahkan, jika
semua saraf otonom ke jantung diblokir, denyut jantung istirahat akan meningkat
dari nilai rata-rata 70 denyut per menit untuk sekitar 100 denyut per menit, yang merupakan tingkat rata-rata keluaran spontan simpul SA ketika tidak mengalami pengaruh saraf. (Kami menggunakan 70 denyut per menit sebagai tingkat normal keluaran
simpul SA karena ini adalah rata-rata dalam kondisi normal dalam tubuh.) Perubahan dalam denyut jantung
melampaui tingkat istirahat ini di kedua arah dapat dicapai dengan menggeser
keseimbangan stimulasi saraf otonom. Denyut jantung meningkat secara bersamaan meningkatkan
aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis, penurunan denyut jantung
disebabkan oleh kenaikan bersamaan aktivitas parasimpatis dan penurunan
aktivitas simpatik. Tingkat relatif aktivitas
dua cabang otonom ke jantung pada gilirannya terutama dikoordinasikan oleh
pusat kendali jantung yang terletak di batang otak. Meskipun persarafan
otonom adalah yang utama yang mengatur denyut jantung, faktor lain juga
mempunyai peran yang sama. Yang paling penting dari ini adalah epinephrine, hormon
yang disekresikan ke dalam darah dari medulla adrenal pada rangsangan simpatis
dan bertindak pada tingkat jantung dengan cara yang sama dengan norepinephrin
untuk meningkatkan denyut jantung. Epinephrin oleh karena itu memperkuat efek
langsung yang dimiliki sistem saraf simpatis terhadap jantung.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sherwood,
Lauralee, Human Physiology, 304, 326-328, Fifth Edition, Thomson, United
States.
2.
Barret,
Kim E; Boitano, Scott; Barman, Susan M; Brooks, Hedden L; Ganong’s, Review of
Medical Physiology; Chap. 33 : 555-557, Twenty-Third Edition, Mc Graw Hill
Medical Co.
3.
Masud,
Ibnu, Dasar-Dasar Fisiologi Kardiovaskuler, 35-38, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta 1989.
Guyton & Hall, Text
Book of Medical Physiology, Unit XI : Chap. 60, 748-760, Elevent Edition,
Elsevier Saunders Inc., Philadelphia, 2006.
No comments:
Post a Comment