RIWAYAT
NABI MUHAMMAD SAW DARI KELAHIRAN SAMPAI HIJRAH DI YATHRIB (MADINAH)
1.KELAHIRAN NABI MUHAMMAD
Lahirnya nabi Muhmmad bertepatan pada
hari senin 12 Robiul Awal tahun Fill atau 20 April masehi di kota Mekah, ibunya
bernama Siti Farimah dan ayahnya bernama Abdullah bin abdul Muthalib, keturunan
dari suku Arab Qurais, tahun kelahiran nabi Muhammad disebut tahun gajah karena
pada tahun itu bersamaan dengan datangnya pasukan Abrahah dari negeri Habsyi
menuju ke negeri yaman yang mengendarai Gajah untuk menghancurkan Ka’bah di
kota Mekah, akan tetapi sebelum pasukan Abrahah merusak Ka’bah maka di perintah
burung-burung yang membawa batu kecil untuk membinasakan Abarahah dan
pasukanya
, sebagaimana sudah menjadi
kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab di
Mekah. Adat demikian
ini masih berlaku
pada bangsawan-bangsawan
Mekah. Pada hari
kedelapan sesudah
dilahirkan anak itupun
dikirimkan ke pedalaman
dan baru kembali pulang ke kota
sesudah ia berumur delapan atau sepuluh tahun.
Di kalangan kabilah-kabilah pedalaman yang terkenaldalam menyusukan ini
di antaranya ialah kabilah
Banu Sa'd. Sementara masih
menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah menyerahkan anaknya kepada
Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu
Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga
kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah
saudara susuan. Sekalipun
Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, Akan tetapi Halimah bint
Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak Muhammad, seperti yang lain-lain juga,
ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Selama dua tahun Muhammad
tinggal di sahara, disusukan
oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara sahara
dan kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya cepat
sekali menjadi besar, dan
menambah indah bentuk
dan pertumbuhan badannya. Setelah cukup dua tahun dan tiba
masanya disapih, Halimah membawa
anak itu kepada
ibunya
Pada masa itu, sebelum usianya mencapai
tiga tahun, ketika itulah terjadi
cerita yang banyak dikisahkan
orang. Yakni,bahwa sementara ia
dengan saudaranya yang
sebaya sesama anak-anak itu
sedang berada di
belakang rumah di
luar pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd
itu kembali pulang
sambil berlari, dan
berkata
kepada ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy itu
telah diambil oleh dua
orang laki-laki berbaju
putih. Dia dibaringkan, perutnya
dibedah, sambil di balik-balikan." Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan, bahwa
mengenai diri dan suaminya ia
berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya ke tempat
itu. Kami jumpai
dia sedang berdiri.
Mukanya pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami
tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh
dua orang laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan,
lalu perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu aku apa
yang mereka cari." Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu
sangat ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah itu, dibawanya anak
itu kembali kepada
ibunya di Mekah.
Sesudah
lima tahun, kemudian Muhammad
kembali kepada ibunya. Dikatakan juga, bahwa Halimah pernah mencari tatkala ia
sedang Sesudah cukup sebulan mereka
tinggal di Medinah, Aminah sudah
bersiap-siap akan pulang.
Ia dan rombongan kembali pulang dengan dua ekor unta
yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di tengah perjalanan,
ketika mereka sampai
di Abwa',2 ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan
dikuburkan pula di tempat itu.
Kenangan yang memilukan hati ini
barangkali akan terasa agakmeringankan juga sedikit, sekiranya
Abd'l-Muttalib masih dapat hidup lebih lama lagi. Tetapi orang tua itu
juga meninggal, dalam usia delapan puluh tahun, sedang Muhammad
waktu itu baru berumur delapan tahun.
Sekali lagi Muhammad
dirundung kesedihan karena kematian
kakeknya Pengasuhan Muhammad di
pegang oleh Abu Talib, mencintai kemenakannya itu sama seperti Abd'l-Muttalib juga. Karena
kecintaannya itu ia mendahulukan
kemenakan daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad yang luhur,
cerdas, suka berbakti dan baik hati,
itulah yang lebih menarik hati pamannya. Pernah pada suatu
ketika ia akan pergi ke Syam membawa dagangan - ketika itu usia Muhammad baru
duabelas tahun -
mengingat sulitnya perjalanan menyeberangi padang pasir, tak terpikirkan
olehnya akan membawa Muhammad. Akan tetapi
Muhammad yang dengan
ikhlas menyatakan akan menemani pamannya itu,
itu juga yang
menghilangkan sikap ragu-ragu
dalam hati Abu Talib.
Anak itu
lalu turut serta
dalam rombongan kafilah, hingga sampai di Bushra di sebelah
selatan Syam. Dalam
buku-buku riwayat hidup Muhammad
diceritakan, bahwa dalam perjalanan
inilah ia bertemu dengan rahib Bahira,
dan bahwa rahib
itu telah melihat tanda-tanda
kenabian padanya sesuai
denganpetunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan, bahwa rahib
itu menasehatkan keluarganya
supaya jangan terlampau dalam
memasuki daerah Syam,
sebab dikuatirkan
orang-orang Yahudi yang
mengetahui tanda-tanda itu
akan berbuat jahat terhadap dia.
Setelah nabi Muhammad
dewasa ia mulai berdagang dengan mengikuti Khatijah. Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata
Muhammad mampu benar memperdagangkan barang-barang
Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan
daripada yang dilakukan orang
lain sebelumnya. Dalam
waktu singkat saja
kegembiraan Khadijah ini telah berubah menjadi rasa cinta, sehingga dia
- yang sudah berusia empatpuluh tahun,
tertarik juga hatinya mengawini
nabi Muhammad.
2.KISAH DIANGKATNYA NABI
MUHAMMAD SAW MENJADI RASUL
Ketika nabi Muhammad berusia 40 tahun
beliau diangkat oleh Allah menjadi Rasul yang membawa tugas untuk menyampaikan
wahyu yang datang dari Allah kepada umatnya, sehubungan dengan ini sebelumnya
nabi Muhmmad sering Berkhilwat di gua Hiro baik siang maupun malam hari,
sehingga pada waktunya ketika beliau di gua Hiro, ia didatangi Malaikat Jibril
yang berpakaian serba putih untuk mengajarkan wahyu dari Allah SWT, seraya
berkata: bacalah wahai Muhammad, nabi menjawab saya tidak dapat membaca, sampai
berulang tiga kali berturut-turut, dan kemudian didekaplah tubuh nabi Muhammad
yang ketakutan sehingga nafas beliau seak dan bercucuran keringat keseluruh
tubuh sampai menggigil kedinginan dan akhirnya beliau berkata seabagaimana yang
di ucapkan Malaikat jibril, setelah beliau menerima wahyu pertama yaitu surat
Al-Alaq 1-5, lalu beliai pulang kerumah menemui istrinya Khadijah agar ia
menyelimuti dirinya dalam keadaan menggigil kedinginan. Setelah beliau bangkit
kembali seperti semula, beliau lalu menceritakan peristiwa tersebut kapada
Khadijah dan kemudian nabi diajak oleh siti Khadijah kerumah pamanya yang
bernama Waroqoh bin Naufal, yang kebetulan beragama Nasrani, Sitai Khadijah
menceritakan kepada pamanya tenang suatau peristiwa yang baru dialami oleh
suaminya di gua Hiro, kemudian pamanya menjawab bahwa yang datang pada suaminya
adalah Rukhul Qudhus yakni Malaikat jibril, ia datang dengan membawa wahyu dari
Tuhanya, kemudian pamanya berkata lagi seandainya aku masih muda aku pasti akan
menolongmu sekuat tenaga, lalu nabi Muhammad berkata apakah kaumku akan
memusuhi aku maka paman Kadijah menjawab ya semua utusan Allah yang datang
membawa wahyu sebagaimana yang engkau bawa dimusuhi oleh kaumnya.
Dengan penjelasan-penjelasan dari
pamanya tersebut Kadijah berjanji untuk mengikuti suaminya yang telah terangkat
menjadi nabi dan Rasul terakhir dan Siti Khadijah berjanji untuk ikut membantu
suaminnya baik suka maupun duka dalam melaksanakan kerosulanya, begitulah
seterusnya sampai turun wahyu-wahyu berikutnya. Setelah nabi Muhammad SAW
diangkat menjadi Rasul maka beliau mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
berat yaitu berdakwah, menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umatnya baik
secara sembunyi maupun terang-terangan, kegiatan dakwah secara
sembunyi-sembunyi melaui keluarganya yang terdekat dan sahabat yang terdekat,
dengan tujuan agar mereka mau meninggalkan kepercayaan menyembah berhalam,
sehingga mereka mau mengikuti ajaran beliau dan menjadi pengikutnya yang setia.
Adapun orang yang pertama kali mengikuti
seruan nabi antara lain dari golongan keluarga yang terdekat, diantaranya Kadijah,
Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harist,
dari golongan sahabt yang dekat diantarnya Abu Bakar As Shidiq, kemudian
disusul Usman bin Affan, zubair bin Awwam, Saat bin Abi Waqos, Abdurahman bin
Auf, Talhah bin Ubaidillah, ubaidillah bin Jarroh, Arqom bin Abil arqom,
Sahfiyah binti Abdul Muthalib, Ummu Fadlal bin Harits, Ummu Salamah, Asma binti
abi Bakar, Asma Binti Amies, Fathimah bin Khatab, Sumiyah dan disusul teman
yang lainya. Mereka itulah yang memperoleh gelar As Saabiquual Awwaluun artinya
orang-orang pertama kali mendapat dakwah pertama kali dari Nabi Muhammad atau
orang yang pertama masuk Islam.
Dakwah secara terang-terangan, kurang
lebih dakwah nabi selam tiga tahun secara diam-diam dengan membawa pengikutnya
semakin banyak jumlahnya, maka pada saat itu pula beliau menerima suatu
perintah dari Allh untuk melaksanakan dakwahnya secara terang-terangan kaum
Musrikin Qurais, denagn adanya dkwah secara terang-terangan ini membuat leluasa
nabi Muhammad SAW dan pengikutnya dalam menyiarkan ajaran salam ditengah Kaum
Musrikin Qurais, sekalipun banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi
sepetri hasutan, Fitnah dari pamanya Abu Lahab beserta istrinya Ummu Jamil yang
mengatakan bahwa Muhaamd adalah penjahat, penipu, pendusta besar, membuat
keonaran, tidak berakal sehat, tukang sihir dan seterusnya, Akan tetapi penderitaan dan kesengsaraan yang
dirasakan oleh beliau nabi dan para pengikutnya kian hari semakin mencekam dan
keji, maka sehubungan dengan itu pula beliau sering mendengar berita dari sahabat-sahabatnya
yang baru kembali dari Madinah yang sudah banyak memeluk Islam, bahkan mereka
orang Madinah berjanji akan membantu perjuangan beliau nabi dan para
pengikutnya, dari berita itu beliau nabi Muhammad segera memerintahkan kepada
para pengikutnya untuk segera Hijrah meninggalkan Mekkah dan menuju Madinah
dengan secara bersembunyi-sembunyi agar kepergianya tidak diketahui oleh orang
Musrikin Qurays Mekkah.
3.HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD
SAW KE YATSRIB (MADINAH)
Di sinilah dimulainya kisah yang
paling cemerlang dan
indah yang pernah dikenal
manusia dalam sejarah pengejaran yang penuh bahaya, demi
kebenaran, keyakinan dan iman. Sebelum
itu Abu Bakr memang
sudah menyiapkan dua
ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada
Abdullah b. Uraiqiz sampai nanti
tiba waktunya diperlukan. Tatkala kedua orang itu sudah siap-siap akan
meninggalkan Mekah mereka sudah
yakin sekali, bahwa Quraisy
pasti akan membuntuti mereka. Oleh
karena itu Muhammad memutuskan akan menempuh jalan lain dari yang biasa, Juga akan berangkat bukan pada waktu
yang biasa.
Pemuda-pemuda yang
sudah disiapkan Quraisy untuk membunuhnya malam itu sudah mengepung
rumahnya, karena dikuatirkan ia akan lari.
Pada malam akan
hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali b. Abi Talib supaya
memakai mantelnya yang
hijau dari Hadzramaut dan
supaya berbaring di
tempat tidurnya agar para kafir Qurais terjebak dengan siasat itu. bahwa
yang ada d tempat itu bukan nabi Muhammad SAW, tetapi Ali Bin Abi Thalib.
Adanya Sarang laba-laba, dua ekor
burung dara dan
pohon. Inilah mujizat yang
diceritakan oleh buku-buku sejarah hidup Nabi mengenai masalah
persembunyian dalam gua Thaur itu. Dan
pokok mujizatnya ialah karena
segalanya itu tadinya
tidak ada. Tetapi sesudah Nabi dan sahabatnya bersembunyi dalam gua,
maka cepat-cepatlah laba-laba menganyam
sarangnya guna menutup orang yang dalam gua itu dari penglihatan.
Dua ekor burung dara
datang pula lalu
bertelur di jalan
masuk. Sebatang pohonpun
tumbuh di tempat
yang tadinya belum
ditumbuhi. Sehubungan dengan mujizat ini Dermenghem mengatakan:
"Tiga peristiwa itu
sajalah mujizat yang diceritakan oleh sejarah Islam yang
benar-benar: sarang laba-laba, hinggapnya burung dara dan tumbuhnya pohon-pohonan. Dan ketiga
keajaiban ini setiap hari persamaannya selalu ada di muka bumi.
4.SAMBUTAN PENDUDUK
YATHRIB (MADINAH) TERHADAP NABI MUHAMMAD SAW
Berbondong-bondong penduduk Yathrib
ke luar rumah
hendak menyambut kedatangan
Muhammad, pria dan
wanita. Mereka berangkat setelah
tersiar berita tentang hijrahnya,
tentang Quraisy yang hendak membunuhnya, tentang ketabahannya menempuh
panas yang begitu
membakar dalam perjalanan
yang sangat meletihkan, mengarungi
bukit pasir dan
batu karang di tengah-tengah dataran Tihama, yang justru
memantulkan sinar matahari yang
panas dan membakar itu. Mereka keluar karena terdorong
ingin mengetahui sekitar berita tentang
ajakannya yang sudah tersiar
di seluruh jazirah. Ajakan ini juga yang sudah mengikis
kepercayaan-kepercayaan lama yang diwarisi dari nenek-moyang mereka, yang sudah
dianggap begitu suci. Unta yang
dinaiki Nabi alaihi
ssalam berlutut di
tempat penjemuran kurma milik Sahl dan Suhail b. Amr. Kemudian tempat
itu dibelinya guna dipakai tempat membangun mesjid dan tempat tinggalnya.
Selesai Muhammad
membangun mesjid dan
tempat-tinggal, ia pindah dari
rumah Abu Ayyub ke tempat ini.
Sekarang terpikir olehnya akan adanya hidup baru yang harus dimulai,
yang telah membawanya dan membawa dakwahnya itu harus menginjak
langkah baru lebih lebar.
Ia melihat adanya suku-suku yang
salingbertentangan dalam kota ini, yang oleh
Mekah tidak dikenal. Tapi juga
ia melihat kabilah-kabilah dan
suku-suku itu semuanya merindukan
adanya suatu kehidupan damai dan tenteram, jauh
dari segala pertentangan dan kebencian, yang pada masa
lampau telah memecah-belah mereka.
Kota ini akan
membawa ketenteraman pada masa
yang akan datang, yang diharapkan akan lebih kaya dan lebih terpandang daripada
Mekah. Akan tetapi, bukanlah kekayaan
dan kehormatan Yathrib
itu yang menjadi tujuan Muhammad yang pertama, sekalipun ini ada juga.
Segala tujuan dan daya-upaya, yang pertama dan yang terakhir,
ialah meneruskan risalah, yang penyampaiannya telah
dipercayakan Tuhan
kepadanya, dengan mengajak dan memberikan peringatan. Akan tetapi,
Hanya kebebasanlah yang akan
menjamin dunia ini
mencapai kebenaran dan kemajuannya dalam menuju kesatuan yang
integral dan terhormat. Setiap
tindakan menentang kebebasan
berarti memperkuat kebatilan,
berarti menyebarkan kegelapan yang akhirnya
akan mengikis habis percikan cahaya yang berkedip dalam hati nurani
manusia. Percikan cahaya ini yang
akan menghubungkan hati nurani
manusia dengan alam semesta ini,
dari awal yang azali sampai pada akhirnya yang abadi, suatu hubungan yang menjalin rasa
kasih sayang dan
persatuan, bukan rasa kebencian
dan kehancuran
Dengan pemikiran inilah wahyu itu
disampaikan kepada Muhammad sejak ia
hijrah. Dan karena itu pula ia sangat mendambakan
perdamaian, dan tidak menyukai perang. Dalam
hal ini selama hidupnya ia sangat cermat sekali. Ia
tidak menempuh jalan itu, kalau tidak terpaksa karena membela kebebasan, membela
agama dan kepercayaan. Bukankah,
ketika mendengar ada mata-mata memanggil-manggil Quraisy,
memberi peringatan tentang merekaitu,
penduduk Yathrib yang ikut
mengadakan Ikrar Aqaba kedua berkata kepadanya? "Demi Allah yang
telah mengutus tuan
atas dasar kebenaran kalau sekiranya
tuan sudi, penduduk Mina itu besok akan kami habiskan dengan pedang
kami." Dijawabnya: "Kami tidak
diperintahkan untuk itu." Bukankah ayat pertama yang datang mengenai
perang berbunyi? "Diijinkan (berperang) kepada mereka yang
diperangi, karena
mereka
dianiaya; dan sesungguhnya Allah Maha kuasa menolong
mereka." (Qur'an, 8: 39) Dan bukankah ayat berikutnya mengenai soal perang
itu Tuhan berfirman?
"Dan perangilah mereka
supaya jangan ada lagi fitnah, dan agama seluruhnya untuk
Allah." (Qur'an, 2: 193)
Jadi pertimbangan
pikiran Muhammad dalam
hal ini hanya mempunyai satu
tujuan yang luhur, yaitu menjamin kebebasan beragama dan
menyatakan pendapat. Hanya untuk mempertahankan itulah perang dibenarkan, dan hanya untuk itu pula
dibenarkan menangkis serangan pihak agresor, sehingga jangan
ada orang yang dapat
dikacau dari agamanya dan jangan pula ada orang yang
ditindas karena kepercayaan atau pendapatnya.
Kalau inilah tujuan
Muhammad dalam pertimbangannya mengenai masalah Yathrib
serta harus menjamin adanya
kebebasan, maka penduduk kota ini pun menyambutnya dalam pikiran yang serupa, meskipun setiap
golongan pertimbangannya saling bertentangan satu sama lain. Penduduk
Yathrib pada waktu itu terdiri dari kaum
Muslimin - Muhajirin
dan Anshar - orang-orang musyrikdari
sisa-sisa Aus dan
Khazraj - sedang
hubungan kedua golongan ini
sudah sama-sama kita
ketahui; kemudian
orang-orang Yahudi: Banu
Qainuqa di sebelah
dalam, Banu Quraiza di
Fadak, Banu'n-Nadzir tidak
jauh dari sana dan Yahudi Khaibar
di Utara.
Ada pun kaum Muhajirin
dan Anshar, karena solidaritas
agama baru itu, mereka sudah erat sekali bersatu. Sungguhpun begitu,
kekuatiran dalam hati
Muhammad belum hilang
samasekali, kalau-kalau suatu waktu kebencian lama di kalangan mereka
akan kembali timbul. Sekarang
terpikir olehnya bahwa
setiap keraguan semacam itu harus
dihilangkan. Usaha ini akan tampak juga pengaruhnya Sebaliknya
golongan musyrik dari sisa-sisa Aus dan
Khazraj, akibat
peperangan-peperangan masa lampau, mereka merasa lemah sekali di
tengah-tengah kaum Muslimin dan Yahudi
itu. Mereka mencari jalan
supaya antara keduanya
itu timbul insiden. Selanjutnya
golongan Yahudi dengan tiada
ragu-ragu merekapun
menyambut baik kedatangan Muhammad
dengan dugaan bahwa mereka akan dapat membujuknya dan sekaligus
merangkulnya ke pihak mereka,
serta dapat pula diminta
bantuannya membentuk sebuah jazirah
Arab. Dengan demikian
mereka akan dapat
pula membendung Kristen, yang
telah mengusir Yahudi,
-bangsa pilihan Tuhan - dari
Palestina, Tanah yang
Dijanjikan dan tanah air mereka
itu. Dengan dasar pikiran
itulah mereka masing-masing
bertolak. Mereka membukakan jalan
supaya tujuan mereka
masing-masing mudah tercapai.
5.PERUBAHAN DILAKUKAN
NABI MUHAMMAD SAW DI KOTA YATHRIB
Selain berdakwah dan menyebarkan islam
atau risalah Allah, nabi Muhammad melakukan perubahan fase baru
dalam hidup Muhammad itu dimulai yang sebelum itu
tiada seorang nabi
atau rasul yang
pernah mengalaminya. Di sini dimulainya suatu fase politik yang telah
diperlihatkan oleh Muhammad dengan segala kecakapan, kemampuan dan pengalamannya,
yang akan membuat orang jadi termangu, lalu menundukkan kepala
sebagai tanda hormat
dan rasa kagum.Tujuannya yang pokok akan mencapai
Yathrib - tanah airnya yang baru - ialah meletakkan dasar kesatuan politik dan
organisasi, yang sebelum itu di seluruh
wilayah Hijaz belum dikenal;
sungguhpun jauh sebelumnya di Yaman memang sudah pernah ada.
Sekarang ia
bermusyawarah dengan kedua wazirnya itu
Abu Bakr dan Umar - demikianlah
mereka dinamakan. Dengan sendirinya yang menjadi pokok pikirannya
yang mula-mula ialah
menyusun barisan kaum Muslimin
serta mempererat persatuan mereka, guna menghilangkan segala bayangan
yang akan membangkitkan
api permusuhan lama di kalangan
mereka itu. Untuk mencapai maksud ini
diajaknya kaum Muslimin
supaya masing-masing dua bersaudara, demi
Allah. Dia sendiri bersaudara dengan Ali b. Abi Talib.
Hamzah pamannya bersaudara
dengan Zaid bekas budaknya. Abu
Bakr bersaudara dengan Kharija b. Zaid. Umar ibn'l-Khattab,
bersaudara dengan 'Itban b. Malik
al-Khazraji. Demikian juga setiap
orang dari kalangan
Muhajirin yang sekarang sudah
banyak jumlahnya di Yathrib - sesudah
mereka yang tadinya masih
tinggal di Mekah
menyusul ke Medinah setelah Rasul
hijrah -
dipersaudarakan pula dengan
setiap orang dari pihak Anshar,
yang oleh Rasul lalu dijadikan hokum saudara sedarah senasib.
Dengan persaudaraan demikian
ini persaudaraan kaum Muslimin bertambah kukuh adanya.
Ternyata
kalangan Anshar memperlihatkan
sikap keramahtamahan yang luarbiasa terhadap saudara-saudara mereka kaum Muhajirin ini, yang
sejak semula sudah
mereka sambut dengan penuh gembira. Sebabnya ialah, mereka
telah meninggalkan Mekah, dan
bersama itu mereka tinggalkan pula
segala yang mereka miliki, harta-benda dan semua kekayaan. Sebagian besar ketika
mereka memasuki Medinah sudah hampir tak ada lagi yang akan dimakan
disamping mereka memang bukan orang
berada dan berkecukupan selain Usman
b. 'Affan. Sedangkan yang lain sedikit sekali yang dapat
membawa sesuatu yang berguna dari Mekah.
Pada suatu hari Hamzah paman Rasul pergi
mendatanginya dengan permintaan
kalau-kalau ada yang dapat dimakannya. Abdur-Rahman b. 'Auf yang sudah
bersaudara dengan Sa'd bin'r-Rabi' ketika di
Yathrib ia sudah
tidak punya apa-apa lagi. Ketika
Sa'd menawarkan hartanya akan dibagi dua, Abdur-Rahman menolak. Ia hanya
minta ditunjukkan jalan
ke pasar. Dan di sanalah ia mulai
berdagang mentega dan keju. Dalam waktu
tidak berapa lama, dengan
kecakapannya berdagang ia telah
dapat mencapai kekayaan kembali, dan dapat pula memberikan mas-kawin
kepada salah seorang wanita
Medinah. Bahkan sudah
mempunyai kafilah-kafilah yang pergi
dan pulang membawa
perdagangan. Selain Abdur-Rahman, dari kalangan Muhajirin, banyak juga
yang telah melakukan hal serupa itu. Sebenarnya
karena kepandaian
orang-orang Mekah itu
dalam bidang perdagangan sampai ada orang mengatakan:
dengan perdagangannya itu ia dapat
mengubah pasir sahara menjadi emas.
Adapun
mereka yang tidak
melakukan pekerjaan berdagang, diantaranya ialah Abu
Bakr, Umar, Ali
b. Abi Talib
dan lain-lain. Keluarga-keluarga
mereka terjun kedalam pertanian, menggarap
tanah milik orang-orang
Anshar bersama-sama pemiliknya. Tetapi
selain mereka ada
pula yang harus menghadapi kesulitan dan kesukaran
hidup. Sungguhpun begitu, mereka ini tidak mau hidup menjadi
beban orang lain. Merekapun membanting
tulang bekerja, dan
dalam bekerja itu
mereka merasakan adanya
ketenangan batin, yang selama di Mekah tidak pernah mereka rasakan.
Di samping itu ada
lagi segolongan orang-orang
Arab yang datang ke
Medinah dan menyatakan masuk
Islam, dalam keadaan miskin dan serba kekurangan sampai-sampai ada diantara mereka yang
tidak punya tempat
tinggal. Bagi mereka
ini oleh Muhammad disediakan
tempat di selasar mesjid
yaitu shuffa [bahagian mesjid
yang beratap] sebagai tempat tinggal mereka. Oleh karena
itu mereka diberi nama Ahl'sh-Shuffa (Penghuni Shuffa).
Belanja mereka diberikan dari harta kaum
Muslimin, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar yang berkecukupun.
Dengan adanya persatuan kaum Muslimin
dengan cara persaudaraan itu Muhammad sudah merasa lebih
tenteram. Sudah tentu
ini merupakan suatu langkah
politik yang bijaksana sekali dan sekaligus
menunjukkan adanya suatu
perhitungan yang tepat serta
pandangan jauh. Baru tampak
kepada kita arti semua ini bila kita melihat segala daya-upaya kaum
Munafik yang hendak merusak dan
menjerumuskan kaum Muslimin ke
dalam peperangan antara Aus dengan Khazraj dan antara Muhajirin dengan Anshar. Akan
tetapi suatu operasi politik yang begitu tinggi dan yang
menunjukkan adanya kemampuan luarbiasa,
ialah apa yang telah dicapai
oleh Muhammad dengan mewujudkan persatuan Yathrib dan meletakkan dasar
organisasi politiknya dengan
mengadakan persetujuan
dengan pihak Yahudi atas landasan kebebasan dan
persekutuan yang kuat sekali.
Orang sudah melihat
betapa mereka menyambut baik
kedatangannya dengan harapan akan dapat dibujuknya ke pihak mereka. Penghormatan
mereka ini dengan segera
dibalasnya pula dengan
penghormatan yang sama serta mengadakan tali silaturahmi dengan
mereka. Ia bicara
dengan kepala-kepala mereka, didekatkannya pembesar-pembesar mereka
dibentuknya dengan mereka itu suatu tali persahabatan, dengan pertimbangan bahwa mereka juga Ahli Kitab dan kaum
monotheis.
Lebih dari itu bahwa pada waktu mereka
berpuasa iapun ikut puasa.
Pada waktu itu
kiblatnya dalam sembahyang
masih menghadap ke Bait'l-Maqdis,
titik perhatian mereka,
tempat terkumpulnya semua Keluarga
Israil. Persahabatannya dengan
pihak Yahudi dan persahabatan pihak Yahudi
dengan dia makin sehari makin bertambah erat dan dekat
juga.
Orang
yang begitu mulia, sangat rendah hati, orang yang penuh kasih sayang,
selalu memenuhi janji, sifatnya yang
pemurah, selalu terbuka bagi
si miskin, bagi
orang yang hidup menderita, ini
juga yang memberikan
kewibawaan kepadanya
terhadap penduduk Yathrib. Dan semua ini telah sampai kepada
suatu ikatan perjanjian
persahabatan dan persekutuan
serta menetapkan adanya kebebasan beragama. Perjanjian ini – menurut
hemat kita - merupakan
suatu dokumen politik yang
patut dikagumi sepanjang sejarah.
Dan fase yang
dialami dalam sejarah hidup Rasul
ini belum pernah dialami oleh seorang nabi atau
rasul lain. Pernah ada Isa, ada Musa, ada nabi-nabi yang lain sebelum
itu. Mereka terbatas hanya pada dakwah
agama saja. Mereka menyampaikan
itu kepada orang
dengan jalan berdebat, dengan
jalan mujizat. Sesudah itu mereka
tinggalkan ditangan para penguasa
yang kemudian, dan untuk
menyiarkan dakwahnya itu harus
dilakukan dengan kekuatan
politik dan membela kebebasan
orang yang sudah
beriman kepadanya itu dengan
kekuatan senjata yang disertai peperangan
pula. Agama Kristen disiarkan
oleh murid-muridnya yang kemudian
sesudah Isa. Mereka dan
pengikut-pengikut mereka masih
selalu mengalami siksaan. Baru setelah ada raja-raja yang
cenderungkepada agama ini, ia dilindunginya dan disiarkan. Begitu juga halnya dengan agama lain, di dunia Timur
ataupun di Barat.
Antara
kaum Muhajirin dan Anshar dengan orang-orang Yahudi,
Muhammad membuat suatu
perjanjian tertulis yang
berisi pengakuan atas agama
mereka dan harta-benda mereka,
dengan syarat-syarat timbal balik, demikian bunyinya:
"Dengan nama Allah, Pengasih dan
Penyayang. Surat Perjanjian ini dari Muhammad - Nabi; antara orang-orang
beriman dan kaum Muslimin dari kalangan Quraisy dan Yathrib serta yang mengikut
mereka dan menyusul mereka dan berjuang bersama-sama
mereka; bahwa mereka adalah satu umat di luar golongan orang lain.
1."Kaum Muhajirin
dari kalangan Quraisy adalah
tetap menurut adat kebiasaan
baik yang berlaku2
di kalangan mereka, bersama-sama menerima atau
membayar tebusan darah antara sesama mereka dan mereka menebus
tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil diantara sesama orang-orang
beriman.
2."Bahwa Banu
Auf adalah tetap
menurut adat kebiasaan
baik mereka yang berlaku,
bersama-sama membayar tebusan
darah seperti yang sudah-sudah. Dan setiap golongan
harus menebus tawanan mereka
sendiri dengan cara yang baik dan adil diantara sesama orang-orang
beriman." Kemudian disebutnya tiap-tiap suku Anshar itu serta keluarga tiap puak:
Banu'l-Harith, Banu Saida,
Banu Jusyam, Banu'n-Najjar, Banu
'Amr b. 'Auf dan Banu'n-Nabit. Selanjutnya disebutkan,
3."Bahwa orang-orang
yang beriman tidak
boleh membiarkan seseorang yang
menanggung beban hidup dan hutang yang
berat diantara sesama mereka.
Mereka harus dibantu dengan cara yang baik dalam membayar tebusan tawanan atau
membayar diat.
4."Bahwa seseorang
yang beriman tidak boleh mengikat janji dalam menghadapi mukmin lainnya.
5."Bahwa orang-orang
yang beriman dan bertakwa harus melawan orang yang
melakukan kejahatan diantara mereka
sendiri, atau orang yang
suka melakukan perbuatan
aniaya, kejahatan, permusuhan
atau berbuat kerusakan diantara orang-orang beriman sendiri, dan mereka semua harus sama-sama melawannya
walaupun terhadap anak sendiri.
6."Bahwa seseorang
yang beriman tidak
boleh membunuh sesama mukmin lantaran orang kafir untuk
melawan orang beriman.
7."Bahwa jaminan
Allah itu satu:
Dia melindungi yang lemah
diantara mereka.
8."Bahwa orang-orang
yang beriman itu
hendaknya saling tolong-menolong
satu sama lain.
9."Bahwa barangsiapa dari kalangan Yahudi yang menjadi
pengikut kami, ia berhak mendapat pertolongan
dan persamaan; tidak menganiaya atau melawan mereka
10."Bahwa persetujuan
damai orang-orang beriman itu satu; tidak dibenarkan seorang mukmin
mengadakan perdamaian sendiri dengan meninggalkan mukmin
lainnya dalam keadaan
perang di jalan Allah. Mereka harus sama dan adil adanya.
11."Bahwa setiap
orang yang berperang bersama kami,
satu sama lain harus saling
bergiliran.
12."Bahwa orang-orang
beriman itu harus saling membela terhadap sesamanya yang telah tewas di
jalan Allah.
13."Bahwa orang-orang
yang beriman dan bertakwa hendaknya
berada dalam pimpinan yang baik dan lurus.
14."Bahwa orang tidak
dibolehkan melindungi harta-benda atau jiwa orang Quraisy dan tidak boleh
merintangi orang beriman.
15."Bahwa barangsiapa
membunuh orang beriman yang tidak
bersalah dengan cukup bukti
maka ia harus
mendapat balasan yang setimpal kecuali bila keluarga si
terbunuh sukarela (menerima tebusan).
16."Bahwa orang-orang
yang beriman harus menentangnya semua dan tidak dibenarkan mereka hanya
tinggal diam.
17."Bahwa seseorang
yang beriman yang telah mengakui
isi piagam ini dan
percaya kepada Allah dan kepada hari kemudian, tidak dibenarkan
menolong pelaku kejahatan
atau membelanya, dan bahwa barangsiapa yang menolongnya atau
melindunginya, ia akan mendapat kutukan dan murka Allah pada hari kiamat, dan
tak ada sesuatu tebusan yang dapat diterima.
18."Bahwa bilamana
diantara kamu timbul
perselisihan tentang sesuatu masalah
yang bagaimanapun, maka
kembalikanlah itu kepada Allah dan
kepada Muhammad - 'alaihishshalatu wassalam.
19."Bahwa orang-orang
Yahudi harus mengeluarkan belanja bersama-sama orang-orang
beriman selama mereka
masih dalam keadaan perang.
20."Bahwa orang-orang
Yahudi Banu Auf adalah satu umat dengan orang-orang
beriman. Orang-orang Yahudi hendaknya
berpegang pada agama mereka,
dan orang-orang Islampun
hendaknya berpegang pada agama mereka pula, termasuk
pengikut-pengikut mereka dan diri mereka sendiri, kecuali orang yang
melakukan perbuatan aniaya dan durhaka. Orang semacam ini hanyalah akan menghancurkan dirinya dan keluarganya
sendiri.
21."Bahwa terhadap
orang-orang Yahudi Banu'n-Najjar, Yahudi Banu'l-Harith, Yahudi Banu Sa'ida,
Yahudi Banu-Jusyam, Yahudi Banu Aus,
Yahudi Banu Tha'laba,
Jafna dan Banu Syutaiba berlaku
sama seperti terhadap mereka sendiri.
22."Bahwa tiada
seorang dari mereka itu
boleh keluar kecuali dengan ijin Muhammad s.a.w.
23."Bahwa seseorang
tidak boleh dirintangi menuntut haknya karenadilukai; dan barangsiapa yang
diserang ia dan
keluarganya harus berjaga diri,
kecuali jika ia menganiaya. Bahwa Allah juga yang menentukan ini.
24."Bahwa orang-orang
Yahudi berkewajiban menanggung
nafkah mereka sendiri dan
kaum Musliminpun berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri pula.
Antara mereka harus
ada tolong menolong dalam
menghadapi orang yang hendak
menyerang pihak yang mengadakan piagam perjanjian ini.
25."Bahwa mereka
sama-sama berkewajiban, saling nasehat-menasehati dan
saling berbuat kebaikan dan
menjauhi segala perbuatan dosa.
26."Bahwa seseorang
tidak dibenarkan melakukan perbuatan
salah terhadap sekutunya, dan bahwa yang harus ditolong ialah yang
teraniaya.
27."Bahwa orang-orang
Yahudi berkewajiban mengeluarkan
belanja bersama orang-orang beriman selama masih dalam keadaan perang.
28."Bahwa kota Yathir adalah kota yang dihormati bagi
orang yangmengakui perjanjian ini.
29."Bahwa tetangga
itu seperti jiwa sendiri, tidak boleh diganggu dan diperlakukan dengan
perbuatan jahat.
30."Bahwa tempat yang
dihormati itu tak boleh didiami orang tanpa ijin penduduknya.
31."Bahwa bila
diantara orang-orang yang mengakui perjanjian
ini terjadi suatu perselisihan yang dikuatirkan akan
menimbulkan kerusakan, maka tempat
kembalinya kepada Allah
dan kepada Muhammad Rasulullah
-s.a.w. - dan bahwa Allah bersama
orang yang teguh dan setia memegang perjanjian ini
32."Bahwa melindungi
orang-orang Quraisy atau
menolong mereka tidak dibenarkan.
33."Bahwa antara mereka harus saling membantu melawan
orang yang mau menyerang Yathrib
ini. Tetapi apabila
telah diajak berdamai maka
sambutlah ajakan perdamaian itu.
34."Bahwa apabila
mereka diajak berdamai, maka orang-orang yang beriman wajib
menyambutnya, kecuali kepada
orang yang memerangi agama.
Bagi setiap orang,
dari pihaknya sendiri mempunyai bagiannya masing-masing.
35."Bahwa orang-orang
Yahudi Aus, baik diri mereka
sendiri atau
pengikut-pengikut mereka mempunyai
kewajiban seperti mereka yang sudah menyetujui naskah
perjanjian ini dengan
segala kewajiban sepenuhnya dari
mereka yang menyetujui
naskah perjanjian ini.
36."Bahwa kebaikan
itu bukanlah kejahatan dan bagi
orang yang melakukannya hanya
akan memikul sendiri akibatnya. Dan bahwa Allah bersama pihak yang
benar dan patuh menjalankan isi perjanjian ini
37."Bahwa orang tidak
akan melanggar isi perjanjian ini, kalau ia bukan orang yang aniaya dan jahat.
38."Bahwa barangsiapa
yang keluar atau tinggal dalam kota Medinah ini, keselamatannya tetap terjamin,
kecuali orang yang berbuat aniaya dan melakukan kejahatan.
39."Sesungguhnya
Allah melindungi orang yang berbuat kebaikan dan bertakwa."
Inilah
dokumen politik yang telah diletakkan Muhammad sejak seribu
tiga ratus lima puluh tahun yang lalu
dan yang telah menetapkan adanya
kebebasan beragama, kebebasan menyatakan pendapat; tentang
keselamatan harta-benda dan
larangan orang melakukan kejahatan.
Ia telah membukakan
pintu baru dalam kehidupan politik dan peradaban dunia masa itu.
Dunia, yang selama ini
hanya menjadi permainan tangan tirani, dikuasai oleh kekejaman
dan kehancuran semata.
Apabila dalam
penandatanganan dokumen ini orang-orang Yahudi Banu Quraiza, Banu'n-Nadzir
dan Banu Qainuqa tidak ikut serta,
namun tidak selang lama
sesudah itu merekapun mengadakan perjanjian yang serupa dengan Nabi.
Muhammad
sudah cukup merasa lega dengan hasil demikian ini. Kaum
Musliminpun merasa tenteram menjalankan
kewajiban agama mereka, baik
dalam berjamaah ataupun sendiri-sendiri. Mereka tidak
lagi kuatir ada
gangguan atau akan
takut difitnah. Ketika itulah Muhammad
menyelesaikan perkawinannya
dengan Aisyah bt.
Abi Bakr, yang
waktu itu baru berusiasepuluh
atau sebelas tahun. Ia
adalah seorang gadis
yang lemah-lembut dengan air muka yang manis dan sangat disukai dalam pergaulan.
Ketika itu ia
sedang menjenjang remaja puteri, mempunyai
kegemaran bermain-main dan
bersukaria. Pertumbuhan badannya baik sekali.
Dalam suasana kaum
Muslimin yang sudah
mulai tenteram menjalankan
tugas-tugas agama itu, pada waktu itu
kewajiban inilah Islam mulai menemukan
kekuatannya. Ketika Muhammad sampai di
Medinah, bila ketika
itu waktu-waktu sembahyang sudah tiba, orang berkumpul bersama-sama
tanpa dipanggil. Lalu terpikir
akan memanggil orang
bersembahyang dengan mempergunakan
terompet seperti orang-orang Yahudi. Tetapi
dia tidak menyukai terompet
itu. Lalu dianjurkan
mempergunakan genta, yang akan dipukul waktu sembahyang, seperti
dilakukan oleh orang-orang Nasrani. Tetapi kemudian
sesudah ada saran dari Umar dan sekelompok Muslimim -
menurut satu sumber, - atau dengan
perintah Tuhan melalui wahyu,
menurut sumber lain - penggunaan genta inipun dibatalkan dan diganti
dengan azan. Selanjutnya diminta kepada Abdullah b. Zaid b. Tha'laba: "Kau
pergi dengan Bilal dan bacakan kepadanya - maksudnya teks azan - dan suruh dia
menyerukan azan itu, sebab suaranya lebih merdu dari suaramu. Dan
dikumandankanlah Adzab pertama untuk menuaikan sholat"
No comments:
Post a Comment