EKOSISTEM
A.Pengertian
Ø Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
B. Komponen Pembentuk Ekosistem
* Komponen hidup (biotik)
* Komponen tak hidup
(abiotik)
Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu
ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton
yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen
abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang
beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.
1. Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem
tersusun atas komponen sebagai berikut.
a. Komponen autotrof
Ø (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu
menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan
anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof
berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b. Komponen heterotrof
Ø (Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan
bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh
organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan
mikroba.
c. Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang
terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan
medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat
hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks).
Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan
bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk
pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
2. Macam-Macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air
tawar dan ekosistem air Laut.
a. Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya
berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem
darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
1. Bioma Gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika
(sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput.
- Ciri-ciri bioma gurun :
a)
Gersang
b)
Curah hujan rendah (25
cm/tahun)
c)
Suhu siang hari tinggi (bisa
mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi
d)
Malam hari suhu sangat rendah
(bisa mencapai 0°C)
e)
Perbedaan suhu antara siang dan
malam sangat besar
f)
Tumbuhan semusim yang terdapat
di gurun berukuran kecil
g)
Tumbuhan menahun berdaun
seperti duri contohnya kaktus,
h)
Tumbuhan tak berdaun dan
memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.
i)
Hewan yang hidup di gurun
antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
2. Bioma Padang Rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah
tropik ke subtropik.
- Ciri-Ciri Bioma Padang Rumput :
a)
Curah hujan kurang lebih 25-30
cm per tahun dan hujan turun tidak teratur
b)
Porositas (peresapan air)
tinggi
c)
Drainase (aliran air) cepat
d)
Tumbuhan yang ada terdiri atas
tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan
e)
Hewannya antara lain: bison,
zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus
dan ular.
3. Savanna
Savana dari daerah
tropika terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi
dengan musim kering yang berkepanjangan pada saat api menjadi bagian penting
dari lingkungan. Savana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di w:st="on"Australia
juga terdapat savana yang luas.
Berhubung
dalam ekosistem savana ini, rerumputan dan pohon-pohon yang hidup harus tahan
terhadap musim kering dan api, maka jumlah jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di
savana ini tidak banyak, tidak seperti yang hidup di hutan hujan tropik, tidak
seperti yang hidup hutan hujan tropik. Rumput-rumput dari marga Panicum, Pennisetum, Andropogon dan Imperata mendominasi lingkungan ini,
sedangkan pepohonan yang hidup di
w:st="on"class="GramE"sana sama sekali berada dengan jenis
pohon yang hidup di hutan hujan tropik. Di Afrika diantaranya terdapat pohon Acacia yang terbesar di savanna. Di
Indonesia w:st="on"class="GramE"padang savanna ini dapat
ditemukan di Taman Nasional (TN) Baluran dan TN Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa
Timur.
4. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan
subtropik.
- Ciri-ciri Bioma Hutan Basah :
a)
Curah hujan 200-225 cm per
tahun
b)
Species pepohonan relatif
banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak
geografisnya
c)
Tinggi pohon utama antara 20-40
m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung
(kanopi)
d)
Dalam hutan basah terjadi
perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme)
e)
Daerah tudung cukup mendapat
sinar matahari
f)
Variasi suhu dan kelembapan
tinggi/besar
g)
Suhu sepanjang hari sekitar
25°C
h)
Dalam hutan basah tropika
sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai
epifit
i)
Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi
hutan, harimau, dan burung hantu.
5. Bioma Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang.
- Ciri-Ciri Bioma Hutan Gugur :
a)
Curah hujan merata sepanjang
tahun
b)
Terdapat di daerah yang
mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur)
c)
Jenis pohon sedikit (10 s/d 20)
dan tidak terlalu rapat
d)
Hewannya antara lain rusa,
beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak)
6. Bioma Taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan
di pegunungan daerah tropik.
- Ciri-Ciri Bioma Taiga :
a)
Suhu di musim dingin rendah
b)
Biasanya taiga merupakan hutan
yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya
c)
Semak dan tumbuhan basah
sedikit sekali
d)
Hewannya antara lain moose,
beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim
gugur.
7. Bioma Tundra
- Ciri-Ciri Bioma Tundra :
a)
Bioma tundra terdapat di
belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di
puncak-puncak gunung tinggi
b)
Pertumbuhan tanaman di daerah
ini hanya 60 hari
c)
Contoh tumbuhan yang dominan
adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan
rumput
d)
Pada umumnya, tumbuhannya mampu
beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
e)
Hewan yang hidup di daerah ini
ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas
f)
Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan
insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
b. Ekosistem Air Tawar
- Ciri-ciri Ekosistem :
a)
Ekosistem air tawar antara lain
variasi suhu tidak menyolok
b)
Penetrasi cahaya kurang dan
terpengaruh oleh iklim dan cuaca
c)
Macam tumbuhan yang terbanyak
adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji
d)
Hampir semua filum hewan
terdapat dalam air tawar
e)
Organisme yang hidup di air
tawar pada umumnya telah beradaptasi
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut :
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu
dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke
dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi,
seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan
dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan
hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat
tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan
tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam
tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan
habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi
dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi,
organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen),
yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada
substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton
Terdiri alas fitoplankton dan
zooplankton biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran
air.
b. Nekton
Hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston
Organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air
atau
bertempat
pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton
Merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos
Hewan dan tumbuhan yang hidup di
dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak
bebas,misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan
air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk
ekosistem air mengalir adalah sungai.
1)
Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan
luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.
Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi
cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi
fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari
disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang
drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan
daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai
dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi
menjadi 4 daerah sebagai berikut.
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari
menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya
merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas
permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis
ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga,
krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular,
itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari
tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton,
termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi
dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan
udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan
kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar
dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah
afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat
terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi
materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :
a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit
organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan
kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif.
Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau
eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan
ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk
buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya
menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut
"eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan
mengurangi nilai keindahan danau.
2. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu
arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan
makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air.
Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau.
Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton
untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi
fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat
mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai,
anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir
sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh
berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya
dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus
karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan
dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir
menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
c. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai,
estuari, dan terumbu karang.
1. Ekosistem Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar
garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik,
karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar
25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air
yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah
termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air
dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton
serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun
ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah permukaannya secara horizontal.
1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan
darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus
cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara
200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih
dalam dari pantai (1.500-10.000 m)
2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut
dari
tepi laut semakin ke
tengah, laut dibedakan sebagai berikut
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan
kedalaman
air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik
dengan kedalam
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan
kedalaman
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya
gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah
dengan kedalaman mencapai
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada.
Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar).
Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele
laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai
produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan
karang
tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki
tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan
tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin
sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang
berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
2. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem
darat, laut, dan daerah pasang surut.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang
surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural
sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang
naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis
yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan
pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis
dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut,
dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun
surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang
surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut.
1. Formasi Pes Caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di
gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan
gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya
adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia
martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di
dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka
kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan
adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi
untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari
pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa,
Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang
sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
3. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai
dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas
atau rawa garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah
air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan
pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain
rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain
berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata
laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi
untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan
bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
4. Ekosistem lamun (Seagrass
ecosystem)
Lamun (seagrass) adalah satu‑satunya kelompok
tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.
Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan
tangkai‑tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh‑tumbuhan
laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan
biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan
zat‑zat hara. Sebagai sumberdaya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan.
Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk
keranjang anyaman, dibakar untuk garam, soda atau penghangat, bahan isian
kasur, atap, bahan kemasan, pupuk, isolasi suara dan suhu. Pada jaman modern ini,
lamun dimanfaatkan antara lain sebagai penyaring limbah, stabilisator pantai,
pupuk, makanan dan obat‑obatan.
Padang lamun berlaku sebagai daerah asuhan, pelindung
dan tempat makan ikan, Avertebrata, dugong dan sebangsanya. Padang lamun juga
berinteraksi dengan terumbu karang dan mangrove. Ekosistem lamun ini terdapat
di banyak perairan pantai di negara kita. Di Kepulauan Seribu, misalnya,
terdapat ekosistem ini yang berdampingan dengan mangrove dan terumbu karang.
Ekosistem ini dikaitkan dengan kehadiran dugong karena tumbuh‑tumbuhan lamun
menjadi makanannya.
5. Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu
komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme
lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat
ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang
merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari
kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup
karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme
mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan
ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak
laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi
( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi
perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan REVOLUSI BIRU.
- Ciri-ciri:
a)
Memiliki kadar mineral yang
tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada
yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim
dingin).
b)
Ekosistem air laut tidak
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
3. Ekosistem Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Nama ini kemudian dipakai secara umum oleh masyarakat ilmiah untuk seluruh kawasan batu gamping yang terdapat di dunia. Kawasan karst yang terdapat di Indonesia antara lain Karst Gunung Sewu, Karst Gombong Selatan, Karst Maros, Karst Tuban dan beberapa tempat di daerah Kalimantan. Tipe karst di Indonesia merupakan karst tropik basah dan hal ini yang membedakan dengan kawasan karst di tempat lain di dunia.
Kawasan
karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu,
tanahnya yang kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya
permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst
mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak
dijumpai di ekosistem lain.
Habitat
dalam gua merupakan suatu habitat yang gelap total, tidak ada sinar matahari
yang masuk sehingga tidak terdapat organisme heterotrofik. Peran organisme khas
gua seperti kelelawar yang setiap malam hari mencari makan ke luar gua dan pada
siang hari kembali lagi, akan membawa energi dari luar gua untuk kehidupan
berbagai organisme gua (Arthropoda) terutama kotoran (guano) dan bangkai kelelawar tersebut. Disamping
itu energi dibawa oleh akar tumbuhan yang berada di atas gua yang menembus
dinding atas gua. Sungai di dalam gua yang semula mengalir di permukaan luar
gua juga berperan terhadap transfer energi ke dalam lingkungan gua dengan
memhawa bahan organik.
Di dalam gua sendiri mengalami jaring-jaring makanan
yang rumit. Perubahan-perubahan lingkungan di luar gua sangat mempengaruhi
kehidupan di dalam gua. Dalam kondisi gua yang sangat ekstrem, tanpa adanya
cahaya, kelembaban yang sangat tinggi dan suhu yang konstan sepanjang tahun,
mengakibatkan organisme penghuni gua beradaptasi terhadap lingkungannya. Bentuk
adaptasi organisme gua antara lain: 1) adaptasi morfologi hewan diperlihatkan
dengan memucatnya warna kulit, adanya alat sensoris yang berkembang sangat
baik, mata mereduksi dll; 2) adaptasi fisiologis yang diperlihatkan adalah tidak
adanya kemampuan untuk membedakan antara siang dan malam hari sehingga hewan
tidak peka terhadap sinar karena lingkungan hidupnya yang gelap sepanjang
tahun; 3) tumbuhan di lingkungan gua mempunyai sifat poikilohidri yaitu
mempunyai ketahanan yang besar terhadap kekurangan air secara berkala.
4. Ekosistem Hutan Bakau/Mangrove
Mangrove sebagai ekosistem didefinisikan sebagai
mintakat (zona) antar-pasang-surut (pasut) dan supra (atas)-pasut dari pantai
berlumpur di teluk, danau (air payau) dan estuari, yang didominasi oleh halofit
berkayu yang beradaptasi tinggi dan terkait dengan alur air yang terus mengalir
(sungai), rawa dan kali-mati (backwater)
bersama-sama dengan populasi flora dan fauna di dalamnya. Di tempat yang tak
ada muara sungai biasanya hutan mangrovenya agak tipis. Sebaliknya, di tempat
yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak
mengandung lumpur dan pasir, biasanya mangrovenya tumbuh meluas.
Ekosistem ini mempunyai dua komponen lingkungan,
yakni darat (terestrial) dan air (akuatik). Lingkungan akuatik pun dibagi dua,
laut dan air tawar. Ekosistem mangrove dikenal sangat produktif, penuh
sumberdaya tetapi peka terhadap gangguan. Ia juga dikenal sebagai pensubsidi
energi, karena adanya arus pasut yang berperan menyebarkan zat hara yang
dihasilkan oleh ekosistem mangrove ke lingkungan sekitarnya. Dengan potensi
yang sedemikian rupa dan potensi-potensi lain yang dimilikinya, ekosistem
mangrove telah menawarkan begitu banyak manfaat kepada manusia sehingga keberadaannya
di alam tidak sepi dari perusakan, bahkan pemusnahan oleh manusia.
Ekosistem mangrove ditumbuhi sedikitnya oleh 89 jenis
tumbuh-tumbuhan. Dari jumlah ini terdapat empat jenis yang dinamakan “strict
mangrove”, yakni Avicennia, Excoecaria, Sonneratia dan Rhizophora.
Selain ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan, ekosistem mangrove juga dihuni oleh
berbagai jenis satwa. Sebagai
contoh, jenis burung seperti Ardea
cinerea (cangak abu), Nomenius
schopus (gajahan sedang), Egretta sp.
(kuntul), dan Larus sp. (camar).
Satwa lainnya yang hidup di w:st="on"class="GramE"sana
adalah Macaca fascicularis (kera ekor
panjang), Varanus salvator (biawak),
juga terdapat satwa yang hidup di dasar hutan mangrove seperti kepiting graspid
dan ikan gelodong (Periohthalmus).
Hutan
bakau biasanya terdapat di daerah pesisir pantai atau rawa-rawa. Pohon bakau
mempunyai akar tunggang sebagai alat bernafas. Akar bakau sangat bermanfaat
bagi microorganisme laut seperti zooplankton, vitoplankton, dan microorganisme
lain. Karena akar bakau digunakan sebagai habitat dan sumber makanan yang
sangat dibutuhkan bagi microorganisme tersebut.
Selain itu pohon bakau
juga berfungsi untuk menahan aerasi air laut.
Pembagian daerah ekosistem air
laut :
1. Daerah Litoral / Daerah
Pasang Surut
Daerah litoral adalah
daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi
temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini
dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara
lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang,
kepiting, cacing laut.
2. Daerah Neritik
Daerah neritik merupakan
daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar,
kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini
adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
3. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang
Kedalamannya antara 200
- 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.
4. Daerah Abisal
Daerah abisal adalah
daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang
masa, tidak terdapat produsen.
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut
dibedakan menjadi 3 bagian:
a)
Daerah fotik: daerah laut yang
masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.
b)
Daerah twilight: daerah
remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200
- 2000 m.
c)
Daerah afotik: daerah yang
tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.
Komunitas di Dalam Ekosistem
Air Laut
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat
dibedakan menjadi 4, yaitu:
a)
Produsen
Terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya.
b)
Konsumen
Terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum
hewan ditemukan di dalam ekosistem laut.
c)
Zooplaokton
Terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai
atau sampah.
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan
abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa.
Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan
fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya
konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang
tidak lengkap.
Adaptasi biota laut terhadap
lingkungan yang berkadar garam tinggi
Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan
osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak
terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan
tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah
daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti
itu adalah:
- Banyak minum
- Air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
- Sedikit mengeluarkan urine
- Pengeluaran air terjadi secara osmosis
- Garam-garam dikeluarkan secara
aktif melalui insan.
C. Kebergantungan
Saling kebergantungan tidak hanya terjadi antar komponen
biotik. Saling kebergantungan juga terjadi antara komponen biotik dan
abiotiknya.
1.Saling
Kebergantungan Antar Komponen Biotik.
a. Rantai Makanan
Perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan
dimakan dengan urutan tertentu disebut rantai makanan.
Suatu
organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya.
Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks,
bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara
unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut
ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus
biogeokimia.
Rantai
makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui
sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
1.RantaiPemangsa
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
2.RantaiParasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
3.RantaiSaprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.
4.RantaiMakanandanTingkatTrofik
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan.
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan.
Organisme dalam kelompok ekologis
yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik.
Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang
bernomor sama dalam tingkat memakan.
Sumber asal energi adalah matahari.
Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi
matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan
dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang memakan
tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung
memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang
memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota iingkat trofik
keempat.
Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi
atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau
produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan
pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen
primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
b. Jaring-Jaring Makanan
Pada hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu
ekosistem merupakan sumber materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya. Suatu
kenyataannya bahwa setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis
makhluk hidup lainnya.
Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem,
rantai-rantai makanan itu akan saling berhubungan satu sama lain sedemikian
rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut
jaring-jaring makanan.
2.Saling
Kebergantungan Antara Komponen Biotik dan Abiotik
Saling kebergantungan di antara komponen yang ada dalam
ekosistem, baik antara komponen biotik dan abiotik contohnya dapat dilihat pada
siklus karbon. Siklus karbon tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada
tumbuhan, hewan, pengurai, air dan tanah.
D. Pelestarian Ekosistem
Keanekaragaman makhluk hidup perlu dijaga supaya
ekosistem menjadi stabil. Semakin beranekaragam makhluk hidup dalam suatu
ekosistem, semakin stabil ekosistem tersebut. Flora dan fauna alami yang
terdapat di hutan perlu dilestarikan karena merupakan sumber plasma nutfah
(plasma benih). Sumber plasma nutfah dapat dimanfaatkan untuk mencari bibit
unggul bagi kepentingan kesejahteraan manusia. Upaya perlindungan
keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan mendirikan cagar alam, taman
nasional, hutan wisata, taman laut, hutan lindug dan kebun raya.
Untuk mencegah kepunahan makhluk hidup, kadang
diperlukan pemeliharaan untuk mengembangbiakannya, yang disebut dengan
penangkaran. Pemeliharaan dapat dilakukan secara in situ dan ex situ.
Pemeliharaan in situ adalah pemeliharaan yang dilakukan di habitat aslinya.
Pemeliharaan ex situ adalah pemeliharaan yang dilakukan di luar habitat
aslinya, misalnya di kebun binatang.
E. Pola-Pola Interaksi
Simbiosis adalah bentuk interaksi yang sangat erat dan
khusus antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang
melakukan simbiosis disebut simbion.
Simbiosis dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya :
a) Simbiosis Mutualisme
Yaitu interaksi antara dua individu ataupun populasi
yang saling menguntungkan. Misalnya, simbiosis antara jenis jamur tertentu dan
jenis alga tertentu membentuk likenes, antara bunga dengan kupu-kupu.
b) Simbiosis Parasitisme
Yaitu interaksi dua individu/populasi di mana salah satu
individu untung, sedang simbion pasangannya rugi. Contohnya, benalu yang tumbuh
pada ranting pohon mangga, cacing perut dan cacing tambang yang hidup di dalam
usus manusia.
c)Simbiosis Komensalisme
Yaitu interaksi antara individu/populasi yang satu
untung sedangkan individu/populasi lainnya tidak untung dan juga tidak rugi.
Contohnya, interaksi antara ikan remora kecil yang menempel pada ikan hiu.
No comments:
Post a Comment