1. Ciri-ciri
Lumut
Lumut merupakan tumbuhan dengan ukuran
relatif kecil, tingginya 2 sampai 50 cm. Tubuhnya tidak memiliki akar, batang,
dan daun yang sebenarnya, tetapi mempunyai bagian yang menyerupai akar
(rizoid), batang, dan daun. Pada beberapa jenis lumut hati atau lumut tanduk
tubuhnya masih berupa talus (lembaran). Batang dan daun lumut belum memiliki floem
maupun xylem. Sel-sel penyusun tubuhnya memiliki dinding sel yang
terdiri dari selulose. Lumut tidak memiliki sistem pembuluh pengangkut yang
khusus untuk mengangkut air dan mineral organik, sehingga proses
pendistribusian air berjalan lambat yaitu secara difusi. Daun lumut
umumnya
disusun oleh sel-sel setebal 1 lapis,
kecuali ibu tulang daun, yang mempunyai lebih dari 1 sel. Sel-selnya sempit, panjang, kecil, dan mengandung
kloroplas yang tersusun seperti jala.
Tubuh tumbuhan
lumut dengan berbagai struktur umum tersebut adalah gametofi t. Setelah dewasa,
lumut akan membentuk sporofit. Sporofit adalah struktur tubuh lumut yang
terdiri atas bagian-bagian tertentu, yaitu vaginula, kaliptra, dan kolumela. Vaginula adalah bagian sporofi t yang
terdiri dari kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium, seta (tangkai), dan
apofisis yaitu ujung seta yang agak melebar, yang merupakan peralihan antara
seta dengan kotak spora (sporangium). Kaliptra adalah tudung yang
berasal dari
dinding
arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora. Sedangkan kolumela adalah
jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora. Sporofit tumbuhan
lumut tumbuh menumpang pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofi t ini
memiliki klorofil, sehingga dapat berfotosintesis. Namun, tumbuhan
lumut juga bisa
mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Habitat lumut adalah
tempat-tempat yang memiliki kelembaban yang tinggi. Di lingkungan sekitar, kita
bisa melihat berbagai jenis lumut yang menempel pada bebatuan, tembok, sumur,
dan permukaan batu bata. Selain itu, tumbuhan lumut banyak dijumpai di hutan
yang lebat, di atas tanah atau di atas batu. Tumbuhan lumut juga hidup pada kayu-kayu
yang lapuk atau menempel pada kulit pohon sebagai epifit.
Struktur tubuh lumut Sporofit
tumbuhan lumut
2. Siklus Hidup Lumut
Dalam
pembahasan ini kita akan menggunakan contoh siklus hidup pada lumut daun.
Sebagian besar spesies lumut daun bersifat heterotalus. Gametofi t jantan
membentuk anteredium dan gametofit betina membentuk arkegonium. Sperma dari anteredium dengan perantaraan
air berenang menuju sel telur di dalam arkegonium
kemudian
terjadi pembuahan yang menghasilkan zigot. Zigot yang bersifat diploid kemudian
akan mengalami mitosis dan bekembang menjadi sporofit embrionik di dalam
arkegonium. Pada ujung batang sporofit yang memanjang terdapat sporangium,
yaitu kapsul tempat spora haploid berkembang. Sporangium juga berfungsi sebagai
tempat terjadinya pembelahan mitosis. Setelah masak, kapsul spora pecah dan spora
terpencar keluar. Spora-spora tersebut apabila menemukan tempat yang memiliki
kelembaban yang sesuai akan berkecambah membentuk protonemata (jamak dari protonema)
kecil yang berwarna hijau. Protonemata haploid tersebut terus tumbuh dan
berdiferensiasi sehingga membentuk gametofit. Gametofit dewasa akan membentuk
gamet-gamet
yang akan berkembang dan kembali menjalani siklus serupa.
Lumut homotalus dan lumut heterotalus
Siklus hidup lumut daun
Perkawinan
antara gamet jantan dan gamet betina membentuk spora merupakan perkembangbiakan
secara seksual (generatif ). Selain melalui perkembangbiakan generatif, lumut
juga berkembang biak secara vegetatif. Bagian gametofit lumut yang patah dan
terbawa angin atau burung yang mencari bahan sarang bisa tumbuh apabila jatuh
di tempat-tempat yang lembab. Beberapa jenis lumut juga sangat mudah membentuk
tunas-tunas atau gemma. Gemma merupakan tubuh bersel satu atau banyak.
Seringkali, menguncup dari jaringan generatif
khusus pada batang,
daun, rizoid, atau protonema. Gemma dapat secara efektif memberikan persebaran
dalam waktu singkat. Contohnya terdapat pada Calymperes tenerum dan Marchantia
polymorpha. Jenis yang pertama tersebut adalah anggota lumut daun yang
mempunyai gemifereous leaf pada bagian ujung daunnya, sedangkan jenis
yang satunya merupakan lumut hati yang mempunyai gemma cup pada permukaan
talusnya.
3. Klasifi
kasi Lumut
Berdasarkan
bentuk gametofit dan sporofi tnya, dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Kelas
Bryopsida atau lumut daun, Kelas Hepaticopsida atau lumut hati, dan Kelas
Anthocerotopsida atau lumut tanduk.
a. Lumut Daun (Bryopsida)
Tubuh lumut daun bisa dibedakan
menjadi rizoid, batang, dan daun. Rizoid merupakan deretan sel yang
memanjang atau filamen seluler, menyerupai akar pada tumbuhan tingkat
tinggi. Melalui rizoid ini, lumut daun dapat melekat pada benda tempat
hidupnya, misalnya saja pohon, dinding, atau bebatuan. Sementara, fotosintesis banyak terjadi
pada bagian atas rizoid yang menyerupai batang atau daun. Namun perlu
diingat, jikalau bentuk batang, daun, maupun akar (rizoid) lumut daun
tidak sama persis strukturnya dengan tumbuhan vaskuler. Contoh lumut daun
adalah Sphagnum sp. (lumut gambut), Bryum sp. (hidup di tembok
atau batuan yang lembab), dan Aerobrysis longissima (hidup sebagai
epifit di hutan).
b.
Lumut Hati (Hepaticopsida)
Siklus
hidup lumut hati sangat mirip dengan siklus hidup lumut daun, yakni pembiakan
secara seksual dan aseksual. Di dalam sporangia, beberapa lumut hati mempunyai
sel berbentuk kumparan, disebut elatera, yang muncul dari kapsul. Elatera ini akan terlepas ketika kapsul
terbuka, sehingga spora akan terpancar keluar dari kapsul. Selain itu, lumut
hati juga dapat berkembangbiak secara aseksual (vegetatif ). Sel yang berperan
adalah berkas-berkas sel kecil yang disebut dengan gemma. Oleh tetesan air
hujan, gamme ini dapat terpelanting keluar dari mangkuk (talus) yang ada pada
permukaan gametofit. Akibatnya, jika gemma jatuh di tempat yang cocok, gemma
tersebut akan membentuk individu baru. Contoh lumut hati adalah Marchantia
polymorpha
dan Porella sp.
c. Lumut
Tanduk (Anthocerotopsida)
Lumut
tanduk mempunyai kemiripan dengan lumut hati, yakni pada gametofitnya. Bedanya,
lumut tanduk memiliki sporofit yang berupa kapsul yang memanjang dan tumbuh
seperti tanduk dari hamparan gametofit. Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros
laevis dan Notothylus indica.
C. Tumbuhan
Paku (Pterydophyta)
Tumbuham Paku merupakan tumbuhan
yang mempunyai cormus, tetapi tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Tubuhnya
memang sudah dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun sejati dan juga sudah
memiliki pembuluh pengangkut (termasuk tumbuhan vaskuler), tumbuhan paku masih
membentuk spora sebagai alat perkembangbiakan yang utama. Karenanya tumbuhan
paku disebut kormofita berspora atau tumbuhan vaskuler tak berbiji.
Tumbuhan paku juga mempunyai gametangium yang letaknya tersembunyi,
sehingga termasuk kelompok Vasculer
Cryptomagae. Golongan Vascular Cryptogamae menurut sistem klasifi kasi lama
termasuk dalam Divisi Pterydophyta. Divisi ini merupakan Cormophyta bersama
dengan tumbuhan berbiji dan tubuhnya yang berupa kormus sudah merupakan sporofit.
Ini berbeda dengan tumbuhan lumut yang tubuhnya masih berupa talus (atau
peralihan dari talus ke kormus) dan merupakan gametofit. Sebagai tumbuhan
tingkat rendah, tumbuhan paku sudah lebih maju daripada tumbuhan lumut
karena sudah mempunyai sistem pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem,
sporofit hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah
merupakan tumbuhan heterospor. Sebaliknya, sebagai golongan kormofita,
tumbuhan paku lebih rendah perkembangannya daripada tumbuhan berbiji
(Spermatophyta) karena untuk melakukan pembuahan sel kelamin jantan dapat
mencapai sel kelamin betina tanpa harus melalui siphon (buluh serbuk sari).
Karenanya, tumbuhan paku dan lumut termasuk golongan Embryophyta Asiponogama.
Selain itu, tumbuhan paku tidak membentuk biji dan gametofit betina tidak
menempel
pada
sporofit serta dalam perkembangan embrio sporofit tidak ada masa istirahat.
1.
Ciri-Ciri Tumbuhan Paku
Ukuran tubuh
tumbuhan paku amat bervariasi, tingginya antara 2 cm hingga 5 m. Bentuknya pun
amat beragam. Ada yang
berbentuk lembaran, perdu, pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa. Struktur
tubuhnya jelas mempunyai kormus. Artinya, kita sudah bisa membedakan antara akar,
batang, dan daunnya. Namun demikian, tumbuhan ini tidak menghasilkan biji.
Karena itu, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama yakni melalui spora.
Akar tumbuhan
paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Batangnya
bercabang-cabang menggarpu (dikotom) atau jika membentuk cabang-cabang
ke samping, cabang-cabang baru tersebut tidak pernah keluar dari ketiak daun.
Pada batang terdapat banyak daun yang dapat tumbuh terus sampai lama.Umumnya
daun masih lebih primitive daripada daun tumbuhan tingkat tinggi sehingga
disebut mikrofil.
Di dalam akar,
batang, dan daun telah terdapat jaringan pengangkut yang tersusun atas
bagian floem dan xilem yang belum terdapat pada tumbuhan lumut.
Berkas-berkas pengangkut ini umumnya tersusun konsentris amfikribal (xilem
di tengah dikelilingi oleh floem) dan di dalam batang sering terdapat
lebih dari satu berkas pengangkut. Adanya berkas pengangkut menambah
kekuatan untuk mendukung tunas-tunas, sehingga tumbuhan paku berkembang
menjadi tumbuhan darat dengan cabang-cabang, bahkan telah membentuk
pohon seperti yang dikenal dengan paku tiang, contohnya adalah Cyathea
sp. Daun tumbuhan paku terdiri atas dua macam. Daun yang berukuran kecil
dan bersisik yang disebut mikrofil. Sementara, daun yang berukuran besar,
dinamakan makrofil. Kumpulan sporangium pada daun disebut sorus,
dan daun tersebut disebut sporofil. Daun selain
sporofil adalah daun yang berfungsi untuk
fotosintesis dan disebut daun tropofil. Sporofil seringkali terkumpul
menjadi organ khusus yang terletak di ujung batang atau cabang, disebut strobilus.
2. Siklus
Hidup Tumbuhan Paku
Daur hidup paku pakis
Bentuk
protalium ini seperti jantung, warnanya hijau, dan melekat pada tempat
tumbuhnya dengan rizoid. Pada protalium ini terdapat anteridium dan arkegonium yang
masing-masing merupakan penghasil sel jantan dan sel betina yang dalam
perkembangan selanjutnya akan bertemu dan melebur menghasilkan zigot. Zigot
kemudian tumbuh menjadi tumbuhan paku. Tumbuhan paku inilah yang merupakan
keturunan yang diploid, yaitu sporofit. Jadi di dalam siklus hidup tumbuhan
paku sporofit adalah generasi yang dominan. Selanjutnya, pada
keturunan sporofit, tumbuhan paku akan menghasilkan spora. Dan kemudian spora
tersebut akan tumbuh menjadi protalium, demikian seterusnya siklus hidup
berlanjut.
Sebagian besar
paku adalah homospora, yang berarti menghasilkan satu jenis spora yang
sama besar. Pada jenis paku lain ditemukan tipe heterospor, yaitu jenis
paku yang mengasilkan dua macam spora yang ukurannya tidak sama. Terdapat pula
tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang bentuk luarnya sama tetapi berbeda
jenis kelaminnya. Tumbuhan ini dinamakan paku peralihan antara homospor
dan heterospor.
Carilah siklus hidup paku homospor, heterospor dan
paku peralihan.
3. Klasifikasi
Tumbuhan Paku
a. Paku Purba (Psilopyta)
Divisi Psilophyta disebut juga paku
purba. Sesuai dengan namanya, tumbuhan paku ini sudah banyak yang punah.
Paku purba merupakan paku telanjang yang tidak berdaun. Kalau pun ada,
paku purba hanya mempunyai daun-daun
kecil (mikrofi l) yang belum terdeferensi. Oleh karenanya, fotosintesis berada
di batang yang mengandung klorofil. Tumbuhan paku ini juga mempunyai sifat
homospora Contoh paku kuda adalah Rhynia sp. Yang merupakan paku purba
berdaun dan Psilotum nudum yang merupakan paku purba tidak berdaun
b. Paku Kawat (Lycophyta)
Struktur tubuhnya cukup lengkap, yang
mempunyai akar, batang dan daun sejati. Daunnya kecil-kecil (mikrofil), tidak
bertangkai dan bertulang daun satu. Sporangium terdapat pada ketiak daun,
biasanya sporofil terkumpul di ujung batang atau cabang dan membentuk bangunan
seperti kerucut, disebut strobilus.
Berdasarkan ada tidaknya ligula
(lidah-lidah pada daun), divisi ini dibagi menjadi dua kelas yaitu Kelas Eligulopsida
dan Kelas Ligulopsida. Kelas Eligulopsida merupakan paku kawat yang
tidak memiliki ligula,
contohnya Lycopodium sp. Sedangkan
Ligulopsida merupakan paku kawat yang memiliki ligula, contohnya paku rane (Selaginella
sp.).
Lycopodium
sp. Selaginella sp.
c. Paku Ekor Kuda (Divisi Arthrophyta)
Divisi Arthrophyta
memiliki tubuh yang cabangnya berkarang
dan jelas kelihatan berbuku-buku dan
beruas-ruas Daun-daun
kecil seperti
selaput dan tersusun berkarang. Sporofil selalu
berbeda dengan
daun biasa, biasanya berbentuk perisai dengan
sejumlah sporangium pada sisi bawahnya. Sporofil tersebut
merupakan
badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang
atau
cabang yang juga disebut sebagai strobilus. Akarnya sangat
kecil dan halus, terdapat pada buku-buku dari
rhizoma atau pada
pangkal
batang. Beberapa jenisnya ada yang memiliki semacam
umbi
untuk menghadapi masa yang buruk.
Paku ekor
kuda merupakan tumbuhan dengan genus tunggal, yaitu Equisetum. Genus ini
hanya memuat kira-kira 25 spesies, sebagian hidup di darat dan sebagian hidup
di rawa-rawa. Contohnya adalah paku ekor kuda (Equisetum debile).
d.
Paku sejati (Filicophyta)
Paku sejati juga termasuk tumbuhan yang
memiliki struktur tubuh lengkap. Paku sejati sudah mempunyai akar, batang, dan daun yang sejati. Batangnya ada
yang tertanam di dalam tanah membentuk rihzoma. Daunnya berupa makrofil dan
bentuknya bermacam-macam, bertangkai, dan tulangnya bercabang-cabang. Saat
masih muda, daunnya akan tergulung pada ujun Contoh tanaman paku sejati adalah
paku tanduk rusa (Plathycerium coronarium), paku sarang burung (Asplenium
nidus), paku suplir (Adiantum sp.), paku sawah (Azolla pinnata),
dan semanggi (Marsillea crenata). Sementara, sisi bawahnya banyak
terdapat sporangium.
Marsilea crenata Asplenium nidus
D. Tumbuhan
Berbiji (Spermatophyta)
1. Ciri Umum Spermatophyta
Tumbuhan berbiji mempunyai generasi sporofit
lebih kompleks dibanding lumut dan paku. Alat perkembangbiakan terdapat pada organ bunga
(kumpulan sporofil) atau berupa strobilus. Sementara itu,
kumpulan sporofil pada tumbuhan paku
belum membentuk bunga. Sel
kelamin (gamet) jantan terdapat dalam serbuk sari dan gamet betina terdapat
pada kantong embrio. Proses penggabungan sel gamet jantan (sperma) dan sel
gamet betina (sel telur) terjadi melalui buluh serbuk sari. Tumbuhan berbiji
sudah dapat dibedakan secara jelas menjadi akar, batang, dan daun. Tubuhnya
bersifat multiseluler (tersusun oleh banyak sel) dengan ukuran tubuhnya besar
atau makroskopis dan mempunyai ketinggian bervariasi. Tumbuhan berbiji memiliki
jaringan pembuluh yang bervariasi dan terdiri dari floem, berfungsi
untuk mengangkut bahan makanan yang berasal dari daun ke seluruh tubuh tanaman,
serta xylem, berfungsi untuk mengangkut air dan mineral dari dalam tanah.
Pada umumnya,
tumbuhan berbiji (kecuali tumbuhan parasit) bersifat autotrof atau dapat
mensintesis makanan sendiri melalui fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan
berbiji merupakan organisme fotoautotrof.
Sebagian besar
mempunyai tempat hidup (habitat) di darat (misalnya: mangga, rambutan,
dan jambu). Ada pula tumbuhan berbiji yang hidup mengapung di atas air
(misalnya: enceng gondok). Tumbuhan biji berkembangbiak secara aseksual maupun
secara seksual.
2. Klasifi
kasi Spermatophyta
a. Tumbuhan
Berbiji Terbuka (Gymnospermae)
Bakal bijinya
terbuka dan terdapat pada permukaan daun buah (megasporofi l). Pada
umumnya berupa tumbuhan berkayu dengan bermacammacam bentuk perawakan (habitus).Tidak
memiliki bunga yang sesungguhnya (bunga mereduksi menjadi kantong serbuk sari
dan bakal biji), sporofil terpisah-pisah membentuk strobilus jantan dan
strobilus betina.
Mempunyai
sistem akar tunggang dan batang tegak lurus atau bercabang-cabang. Akar dan
batang berkambium, sehingga selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Strobilus atau
kerucut mengandung 2 daun buah (tempat menempel bakal biji), yaitu
makrosporangium dan mikrosporangium yang terpisah satu sama lain. Penyerbukan
hampir selalu dengan bantuan angin (anemogami). Serbuk sari langsung
jatuh pada bakal biji, dengan jarak waktu penyerbukan sampai pembuahannya
relatif panjang. Sel kelamin
jantan umumnya berupa spermatozoid yang masih bergerak dengan aktif.
Anggota
Gymnospermae yang masih ada (hidup) sampai saat ini, digolongkan menjadi 4
kelas, yaitu Kelas Cycadinae, Kelas Ginkyoinae, Kelas Coniferae, dan Kelas
Gnetinae.
1) Kelas Cycadinae
Tumbuhan
annggota kelas ini tubuhnya berkayu, menyerupai palem
dan tidak atau
sedikit bercabang. Sporofil tersusun dalam strobilus
berumah dua (dalam satu strobilus terdapat 1 alat
kelamin).
Strobilus jantan
sangat besar, tersusun oleh
sporofil-sporofil
berbentuk
sisik, dan banyak mikrosporangium. Pada
strobilus
betina
(megasporofil), sporofil berupa sisik dengan 2 bakal biji.
Kelas ini hanya
mempunyai 1 bangsa, yaitu Cycadales dan 1 suku,
yaitu
Cycadaceae. Contohnya adalah pakis haji (Cycas rumphii) dan
Dioon sp. (hidup di Amerika).
2) Kelas
Ginkyoinae ( sering dieja: Ginkoinae)
Anggotanya berupa pohon dioceus (berumah dua), mempunyai
tunas panjang
dan pendek, daunnya bertangkai panjang
membentuk kipas. Mikrosporofil (benang sari) tidak
banyak
dan susunan makrosporofil tidak begitu terang, dengan dua
bakal biji pada
tangkai yang panjang. Kulit luar pada
bijinya
berdaging dan
kulit dalamnya keras.
Kelas ini
terdiri atas bangsa Ginkyoales dan suku Ginkyoaceae.
Contohnya
adalah Ginkyo biloba
3) Kelas
Coniferae
Ciri
utama anggota Coniferae adalah adanya tajuk berbentuk
kerucut
(Coniferae berasal dari kata conus = ‘kerucut’ dan
ferein
= ‘mendukung’).
Anggotanya
dapat berupa semak, perdu, atau pohon.
Daun-daunnya berbentuk
jarum, sehingga sering disebut pohon
jarum. Tumbuhan ini berumah dua, tetapi ada juga yang
berumah
satu.
Kelas
Coniferae terdiri dari beberapa ordo, antara lain Ordo
Araucariales,
Ordo Podocarpales, Ordo Cupressales, dan
Ordo
Pinales. Ordo-ordo tersebut umumnya disusun oleh satu
suku. Contoh
anggota Ordo Araucariales adalah Agathis alba
(Araucariaceae),
contoh anggota Ordo Podocarpales adalah
Podocapus
imbricata (Podocarpaceae),
dan contoh anggota
Ordo
Pinales adalah Pinus
silvetris, Abies nordmanniana,
dan Pinus
merkusii (Pinaceae). Sedangkan Ordo Cupressales
terdiri
atas dua suku, yaitu Taxodiaceae (contohnya Sequoia
gigantea) dan Famili Cupressaceae (contohnya
Juniperus communis) Abies nordmanniana,
4) Kelas Gnetinae
Ciri-ciri Gnetinae adalah batang berkayu
(dapat bercabang atau tidak), bunga berkelamin tunggal, dan pembuahan terjadi
melalui pembentukan buluh serbuk sari. Kelas ini terdiri atas 3 ordo, yaitu Ordo Ephedrales,
Ordo Gnetales, dan Ordo Welwitschiales. Contoh anggota Ordo Ephedrales adalah
Ephedra altissima (Ephedraceae). Contoh anggota Ordo Gnetales adalah
melinjo (Gnetum gnemon) yang merupakan anggota suku Gnetaceae. Tumbuhan
yang banyak dibudidayakan ini umumnya memiliki stobilus jantan dan betina yang
terdapat dalam satu pohon (berumah satu)
b. Tumbuhan Berbiji Tertutup
(Angiospermae)
Tumbuhan anggota Angiospermae mempunyai
biji yang dilindungi oleh bakal buah. Berdasarkan bagian bagiannya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga
lengkap dan tidak lengkap. Bunga lengkap mempunyai perhiasan bunga yang
lengkap, yaitu kelopak dan mahkota. Bunga tak lengkap tidak
mempunyai salah satu bagian perhiasan bunga (mahkota atau kelopak). Sementara
itu, berdasarkan alat kelaminnya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga
sempurna dan bunga tak sempurna. Bunga sempurna mempunyai alat
kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari), sedangkan
bunga tak lengkap hanya mempunyai satu alat kelamin (putik atau benang
sari saja).
Anggota
Subdivisi Angiospermae dibedakan berdasarkan jumlah daun lembaganya (cotyledon)
menjadi dua kelas, yaitu monocotyledoneae dan dicotyledoneae.
1) Kelas Monocotyledoneae (Monokotil)
Ciri umum
tumbuhan monokotil adalah bijinya mempunyai satu daun lembaga yang berfungsi
untuk menyerap zat makanan dari endosperma pada saat biji berkecambah . Ciri
lainnya adalah bunganya memiliki bagian-bagian yang jumlahnya berkelipatan 3.
Daunnya tunggal dan mempunyai tulang daun sejajar atau melengkung. Tumbuhan
monokotil mempunyai sistem akar serabut. Sebagian besar berbatang basah, tetapi
beberapa anggota yang lain merupakan tumbuhan berkayu. Batang
tidak bercabang, mempunyai buku-buku dan ruas-ruas yang
jelas. Batang
dan akar tumbuhan monokotil tidak berkambium, sehingga tidak mengalami
pertumbuhan sekunder. Tumbuhan monokotil dibedakan menjadi beberapa ordo.
Contoh ordo yang memiliki anggota yang hidup di air adalah Alismatales,
yaitu Hydrilla verticillata . Ordo lain dari tumbuhan monokotil adalah Bromeliales.
Bromeliales terdiri dari beberapa famili, antara lain Bromeliaceae
[contohnya nanas (Ananas sativus)], Commelinaceae (contohnya Rhoeo
discolor), dan Pontederiaceae [contohnya enceng gondok (Eichornia
crassipes)]. Ordo Liliales merupakan tumbuhan monokotil yang
memiliki beberapa suku, antara lain Liliaceae, Amaryllidaceae, dan
Dioscoreaceae. Contoh Liliaceae adalah bawang putih (Alliun
sativum),
bawang merah (Allium cepa), lidah
buaya (Aloe vera), dan tulip (Tulipa gesneriana). Sedangkan Arecales
merupakan ordo yang beranggotakan beberapa jenis tanaman yang sering kita
jumpai di sekitar kita. Contohnya adalah Zalacca edulis atau salak dan Cocos
nucifera atau kelapa. Keduanya merupakan anggota suku Arecaceae.Contoh
lainnya adalah Colocasia esculenta atau talas (Araceae). Beberapa ordo yang lain adalah
Pandanales, Cyperales, Orchidales, Poales, dan Zingiberales. Contoh anggota Ordo
Pandanales adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), contoh
anggota Ordo Cyperales adalah rumput teki (Cyperus
rotundus),
dan contoh anggota Ordo Orchidales adalah anggrek bulan (Phalaenopsis
amabilis). Sedangkan contoh anggota Ordo Poales adalah jagung (Zea
mays) dan bambu duri (Bambusa spinosa), dan contoh anggota Ordo
Zingiberales adalah kunyit (Curcuma domestica) dan jahe (Zingiber
offi cinale).
2)
Kelas Dycotiledoneae (Dikotil)
Tumbuhan anggota kelas dikotil mempunyai
ciri-ciri umum, terutama saat biji berkecambah, biji mempunyai dua daun lembaga
yang terbelah menjadi dua bagian . Ciri lainnya adalah bagian-bagian bunga
berkelipatan 2, 4, atau 5. Daunnya tunggal atau majemuk dan mempunyai tulang
daun menjari atau menyirip. Tumbuhan dikotil mempunyai sistem akar tunggang,
dapat berupa tumbuhan semak, herba, atau pohon. Batang bercabang dengan
buku-buku dan ruas-ruas tidak jelas. Batang dan akar tumbuhan dikotil
berkambium (di antara xilem dan floem), sehingga mengalami pertumbuhan sekunder
(tumbuh membesar). Berdasarkan susunan dan ada tidaknya perhiasan bunga
(mahkota dan kelopak), kelas dikotil dibedakan menjadi tiga subkelas, yaitu
Subkelas Monoklamida, Subkelas Dialypetala, dan Subkelas Sympetala.
Subkelas Monoklamida (Monochlamydae
atau Apetalae), merupakan golongan tumbuhan tanpa perhiasan
bunga atau tidak dapat dibedakan antara mahkota dan kelopaknya. Kalaupun ada,
perhiasan bunganya hanya satu macam, sehingga disebut Monochlamydae (mono
= ‘satu’ dan chlamidos = ‘mantel’ atau ‘selubung’). Pada umumnya,
perhiasan bunga yang ada adalah kelopak (sepala), sehingga disebut pula
Apetalae (a = ‘tidak’ dan petala =
‘daun mahkota’). Beberapa
ordo anggota Monochlamidae adalah Urticales, Piperales, Polygonales, dan
Caryophyllales. Contoh anggota Ordo Urticales adalah nangka (Artocarpus
integra) dan beringin (Ficus benjamina). Keduanya merupakan anggota
suku Moraceae. Ordo Piperales, contohnya adalahsuku Piperaceae, misalnya
lada (Piper nigrum) dan sirih (Piper betle). Ordo Polygonales
hanya mempunyai 1 suku, yaitu Poligonaceae dengan contoh jenisnya
adalah air mata pengantin (Antigonon leptopus). Sedangkan contoh anggota Ordo Caryophyllales (Centrospermae)
adalah berbagai jenis
bayam (Amaranthaceae) dan Mirabilis jalapa atau bunga pukul empat
(Nyctaginaceae).
Subkelas
Dialypetala (Dialypetalae), merupakan golongan tumbuhan
yang mempunyai
bagian-bagian perhiasan bunga (mahkota dan
kelopak)
terpisah satu sama lain. Pada umumnya menunjukkan
perhiasan bunga
yang lengkap. Subkelas ini terdiri atas beberapa ordo,
antara
lain Ordo Rosales, Ordo Malvales, Ordo Ranales, Ordo
Parietales,
Ordo Myrtales, dan Ordo Rutales. Contoh anggota Ordo
Rosales
adalah bunga merak atau Caesalpinia pulcherrima
(famili
Caesalpiniaceae) dan orok-orok (Crotalaria sp.) dan kacang
tanah atau Arachis hypogaea (famili Papilionaceae). Contoh
anggota
Ordo
Malvales adalah
bunga Sepatu atau Hibiscus
rosa-sinensis
(famili
Malvaceae), dan contoh Ordo Ranales (Polycarpicae) adalah
sirsak (Annona
muricata) dan srikaya atau Annona
squamosa (famili
Annonaceae).
Contoh lainnya adalah yang merupakan anggota
Suku
Magnoliaceae, seperti cempaka putih (Michelia alba) dan
cempaka
kuning (Michelia champaca).
Markisa (Passifl
ora foetida) adalah contoh anggota Ordo Parietales,
yaitu
dari Suku Passifl oraceae. Sedangkan contoh Ordo
Myrtales
adalah jambu biji (Psidium guajava),
dan contoh anggota
Ordo Rutales adalah jeruk atau Citrus sp. (famili Rutaceae).
Subkelas Simpetala (Sympetalae), merupakan golongan tumbuhan
berbunga
lengkap dan mempunyai bagian-bagian perhiasan bunga
(mahkota dan
kelopak) saling berlekatan satu sama lain. Subkelas ini
terdiri
atas beberapa ordo, misalnya Ordo Apocynales, Ordo Asterales,
Ordo
Cucurbitales, Ordo Ebenales, Ordo Rubiales, dan Ordo Solanes.
Allamanda
cathartica (Apocynaceae),
Catharanthus roseus dan melati
Atau Jasminum
sambac (famili Oleaceae) adalah contoh anggota
Ordo
Apocynales. Contoh anggota Ordo Asterales adalah bunga
Matahari (Helianthus
annus) dan kenikir atau Cosmos caudatus
(famili
Asteraceae).
Semangka
(Citrullus vulgaris) adalah contoh anggota Ordo
Cucurbitales dan sawo bludru (Chrysophyllum cainito) adalah contoh
anggota Ordo Ebenales. Contoh anggota Ordo Rubiales adalah Ixora paludosa atau
bunga soka (Rubiaceae). Sedangkan contoh anggota Ordo Solanes adalah
kentang (Solanum
tuberrosum), terong (Solanum melongena),
tomat (Solanum
lycopersicum), kecubung (Datura metel), dan cabe (Capsicum sp.),
yang berasal dari Suku Solanaceae. Contoh lainnya adalah jati atau Tectona
grandis (famili Verbenaceae) dan leng-lengan atau Leucas lavandulifolia (famili Labiateae).
3. Reproduksi Spermatophyta
a. Gymnospermae
Reproduksi aseksual pada Gymnospermae
lebih jarang terjadi dibandingkan reproduksi secara seksual. Berikut ini, kalian akan mempelajari contoh
perkembangbiakan seksual pada pinus (Pinus merkusii)
Pinus memiliki
daur hidup yang khas. Pembuahan sel telurnya terjadi di dalam jaringan sporofit induknya. Seperti
Gymnospermae pada umumnya, pinus mempunyai tajuk berbentuk kerucut (strobilus).
Strobilus tersebut merupakan tempat sporangium (microsporangium dan
makrosporangium) yang menghasilkan mikrospora dan makrospora.
Pada reproduksi
seksual, mikrospora (gamet jantan) membelah menghasilkan serbuk sari (bersel 4)
yang akan dilepaskan ke udara. Sementara itu, sel telur yang berasal dari
pembelahan megaspora juga terbentuk pada strobilus betina. Setelah serbuk sari
menempel pada strobilus betina maka terjadi perkecambahan serbuk sari.
Serbuk sari membentuk buluh atau tabung serbuk sari yang tipis, dengan membawa
inti sperma menuju sel telur (dapat memakan waktu 1 tahun). Selanjutnya, inti
sperma bersatu dan melebur dengan sel telur membentuk zigot. Zigot berkembang
menjadi embrio dengan mengambil makanan dari endosperm. Pada saat itu, biji
membentuk struktur tambahan berupa sayap tipis.
Satu tahun
kemudian, kerucut betina melepaskan bijinya satu persatu. Biji-biji yang bersayap tersebut menyebar ke
tempat-tempat lain (terbang) dengan bantuan angin. Jika biji sampai pada tempat
yang sesuai maka terjadi perkecambahan biji, sehingga akan terbentuk
tumbuhan yang baru.
b. Angiospermae
Tumbuhan Angisopermae dapat
berkembang biak secara seksual maupun secara aseksual. Organ-organ vegetatif
tumbuhan (akar, batang, dan daun) dapat ditumbuhkan menjadi tumbuhan baru
dengan beberapa cara. Stek merupakan salah satu cara perkembangbiakan
yang banyak dilakukan oleh manusia. Teknik ini dilakukan dengan mengambil atau memotong bagian tubuh tumbuhan
seperti akar, batang, dan daun. Contohnya adalah pada tanaman ketela pohon,
yaitu dengan stek batang. Jika batang tersebut dipotong menjadi beberapa bagian
kemudian ditanam, maka masing-masing bagian tersebut akan tumbuh menjadi
tanaman ketela pohon yang baru. Selain dikembangbiakkan dengan stek, tumbuhan
Angiospermae juga dicangkok. Cangkok dilakukan dengan
menghilangkan bagian tertentu kulit
batang dan getah tumbuhannya, kemudian ditutup dengan lumut atau serat kelapa.
Setelah bagian yang dicangkok tersebut mampu membentuk akar, bagian cangkokan tersebut
dapat dipotong dan ditanam. Stek dan cangkok merupakan cara perkembangbiakan
vegetatif tradisional. Secara modern, perbanyakan tumbuhan juga dilakukan
melalui teknik rekayasa genetika, misalnya melalui kultur jaringan dan fusi protoplas.
Reproduksi seksual pada
Spermatophyta dimulai dengan penyerbukan atau polinasi. Polinasi merupakan
proses menempelnya serbuk sari (stamen) pada kepala putik (stigma).
Proses tersebut dapat terjadi dengan bantuan angin, air, atau hewan-hewan
penyerbuk (polinator). Contoh hewan polinator adalah lebah, kupu-kupu, burung
kolibri, kelelawar, dan lain-lain.
Sebelum terjadi penyerbukan (polinasi), kepala sari
yang telah masak akan membuka. Selanjutnya,
serbuk sari yang terdapat pada kepala sari
tersebut
akan keluar atau jatuh dan menempel pada
kepala
putik.
Bagian yang
berperan dalam fertilisasi adalah putik
(stigma)
dan benang sari (stamen). Putik terdiri
dari 3 bagian,
yaitu kepala putik, tangkai putik,
dan ovulum. Sementara itu, benang sari
terdiri dari
kepala sari dan
tangkai sari.
Di dalam
ovulum, terdapat megasporofit yang
membelah
menjadi empat megaspora. Satu
megaspora yang
hidup membelah tiga kali berturut-
turut. Hasilnya
berupa sebuah sel besar, disebut
kandung
lembaga muda yang
mengandung delapan
inti. Di ujung ovulum
terdapat sebuah lubang
(mikropil),
sebagai tempat masuknya saluran serbuk sari ke dalam kandung lembaga.
Selanjutnya, tiga dari delapan inti tadi menempatkan diri di dekat
mikropil. Dua dari tiga inti disebut sel sinergid.
Sementara itu,
inti yang ketiga disebut sel telur. Tiga buah inti lainnya (antipoda)
bergerak ke arah kutub yang berlawanan dengan mikropil (kutub kalaza).
Sisanya, dua inti yang disebut inti kutub, bersatu di tengah kandung
lembaga dan terjadilah sebuah inti diploid (2n). Inti ini disebut inti
kandung lembaga sekunder. Inti kandung lembaga yang telah masak, disebut megagametofit
dan siap untuk dibuahi. Serbuk sari yang jatuh pada kepala putik yang
sesuai, akan berkecambah atau memunculkan suatu saluran kecil (buluh serbuk
sari). Buluh serbuk sari semakin tumbuh memanjang di dalam tangkai putik (stilus).
Selama perjalanan buluh menuju ovulum, inti serbuk sari membelah menjadi inti
vegetatif dan inti generatif. Inti vegetatif berfungsi sebagai penunjuk arah
inti generatif dan akan melebur sebelum sampai ke bakal biji (ovulum).
Inti generatif membelah menjadi dua inti sperma yang akan menembus ovarium
(bakal buah) dan sampai ke ovulum (bakal biji). Di dalam ovulum, inti
serbuk sari (inti sperma)bertemu dengan inti sel
telur, sehingga terjadi peleburan antara kedua inti
tersebut.
Proses peleburan kedua inti ini, disebut
pembuahan atau
fertilisasi. Inti sperma yang satu
akan membuahi inti sel telur membentuk zigot,
sedangkan inti sperma lainnya membuahi
inti
kandung lembaga
sekunder membentuk
endosperma. Peristiwa pembuahan ini disebut
pembuahan
ganda. Pada perkembangan
selanjutnya, bakal
biji akan tumbuh menjadi
biji dan bakal
buah akan menjadi buah yang
membungkus
biji (pada beberapa spesies
tumbuhan).
Jika biji ditumbuhkan di
tempat yang
sesuai, biji
akan berkecambah dan akan
membentuk tumbuhan
yang baru.
E. Peranan
Dunia Tumbuhan dalam Kehidupan
Di dalam
kehidupan, tumbuhan banyak
memainkan
peranan penting. Sebagai organisme
fotosintesis
tumbuhan merupakan pemasok
oksigen ke lingkungan dan sumber makanan bagi
organisme
heterotof.
Karenanya di dalam
rantai makanan, tumbuhan disebut sebagai produsen. Tumbuhan juga
merupakan penyusun utama ekosistem, terutama ekosistem hutan. Dalam hal
ini tumbuhan merupakan tempat tinggal atau habitat berbagai jenis
satwa. Selain itu, setiap jenis tumbuhan (lumut, paku,
dan tumbuhan
berbiji)
mempunyai peran tertentu yang khas. Secara sekilas, mungkin kalian melihat
tumbuhan lumut tidak mempunyai manfaat bagi kehidupan. Namun, ternyata lumut
banyak berperan penting di dalam ekosistem. Di ekosistem hutan hujan
tropis, lumut berperan penting dalam meningkatkan kemampuan hutan menahan air (water
holding capacity). Selain
itu, lumut juga merupakan habitat penting bagi organisme lain, terutama
populasi hewan invertebrata. Beberapa jenis anggrek, misalnya, tidak akan dapat
bertahan andaikan tidak ada lumut yang sehat. Bahkan lumut juga merupakan media
yang baik bagi perkecambahan biji tumbuhan tingkat tinggi. Selain itu, ada
spesies tertentu pada tumbuhan lumut yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia/penduduk. Misalnya saja, Marchantia polymorpa, yang digunakan
untuk mengobati sakit hepatitis (radang hati). Sphagnum sp. dapat
digunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas. Selain itu, tumbuhan lumut
juga merupakan bioindikator pencemaran lingkungan. Bahkan berbagai jenis
lumut tertentu bias menunjukkan adanya kandungan bahan tambang, misalnya
spesies lumut yang hidup di permukaan batuan yang mengandung biji besi.
Selain lumut, tumbuhan paku yang mungkin
dianggap kurang bermanfaat, ternyata banyak banyak berperan dalam kehidupan kita.
Contohnya, semanggi (Marsellia crenata) dapat dimanfaatkan untuk
dijadikan sayuran. Paku rane (Selaginella wildenowi) dapat
difungsikan sebagai obat penyembuh luka. Dryopteris filixmas juga
mempunyai fungsi yang sama yakni sebagai bahan penghasil obat-obatan.
Dalam bidang pertanian, Azolla pinata dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk hijau tanaman padi di sawah. Ini dapat dilakukan karena tumbuhan tersebut dapat
bersimbiosis dengan tanaman algae biru, dan
mampu memfiksasi atau menambat N2
di dalam tanah. Akibatnya, tanah bisa menjadi subur. Selain itu, tumbuhan paku juga merupakan tanaman
ornamen taman yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sebagai tanaman hias tumbuhan
paku dapat dijual dengan harga yang tinggi. Jenis tumbuhan paku yang bisa
dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara lain paku sarang burung (Asplenium
nidus), paku ekor merak (Adiantum farleyense), paku suplir (Adiantum
concatum), dan paku tanduk rusa (Platycerum bifurentum).
Setelah lumut
dan paku, tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan manusia adalah kelompok
tumbuhan berbiji. Tumbuhan berbiji yang berupa pohon bisa menjadi tumbuhan
perindang, misalnya beringin (Ficus benjamina), jati, mahoni, dan
akasia. Selain itu, bias juga sebagai bahan obat-obatan. Obat kencing batu bisa
diambil dari bunga matahari, Diabetes mellitus dan diare bisa diatasi dengan
buah apel. Sebagai minuman penghangat badan, kita sering memanfaatkan jahe dan
temu lawak (golongan Zingiberaceae), dan kayu putih (Eucalyptus sp.).
Dan sebagai obat sakit malaria kita menggunakan kina (Cinchona succirubra).
Tumbuhan
berbiji merupakan sumber bahan pangan. Beberapa tumbuhan dapat digunakan
sebagai bahan pangan, baik sebagai sayur atau makanan pokok. Sumber protein
misalnya kacang, kedelai. Sumber vitamin misalnya wortel, tomat, buah-buahan,
dan kacang-kacangan. Sumber karbohidrat misalnya kentang, ketela pohon, ubi,
padi, jagung, gandum, dan sagu. Di Indonesia bagian timur (Papua dan Maluku),
masyarakatnya menggunakan sagu sebagai makanan pokok (sumber karbohidrat).
Sumber lemak misalnya kelapa (Cocos nucifua), kelapa sawit (Elaeis
guinensis), dan kacang tanah (Arachys hipogaea).
Serta sumber
serat misalnya buah-buahan dan tumbuhan hijau. Bahan Sandang juga bisa
diperoleh dari tumbuhan bebiji, contohnya kapas (Gossypium sp.) dan
rami. Selain itu keindahan berbagai jenis bunga dan tanaman berbiji lainnya
merupakan aset tanaman hias, contohnya kamboja, beringin, palem, dan anggrek.
Sedangkan di bidang industri, berbagai jenis tumbuhan berbiji merupakan bahan
bakunya mulai dari bumbu dapur sampai mebeler. Sebagai bumbu dapur, contohnya bawang
merah, bawang putih, kencur, kunyit, laos, dan cabe. Sebagai bahan makanan dan
minuman misalnya kwaci, contohnya biji bunga matahari (Helianthus annus),
minuman keras, contohnya dari Juniperus communis. Selain itu,
emping juga merupakan contoh makanan olahan dari melinjo (Gnetum gnemon).
Selain itu gula pasir dan gula jawa juga berasal dari tumbuhan berbiji, yatiu
tebu (Saccharum offi cinarum) dan kelapa (Cocos nucifera). Kopi
dan teh yang sering kita minum juga berasal dari tumbuhan berbiji yaitu Coff
ea sp. dan Camellia sp.
Di bidang bahan
bangunan atau ukiran berbagai jenis pohon dengan kualitas yang bagus merupakan
bahan baku pembuatan bangunan dan ukiran. Contohnya adalah Taxus baccata (Gymnospermae),
dammar (Agathis alba), mahoni, Podocapus imbricata, Pinus
silvetris, dan jati. Tentu masih banyak berbagai manfaat berbagai jenis tumbuhan
yang bisa kalian sebutkan. Untuk itu, kalian akan
mengerjakan tugas berikut.
No comments:
Post a Comment