Manusia purba di
Indonesia
1)
Pithecanthropus
Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari negara Belanda yang bernama Eugene Dudois. Fosil manusia purba ini ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur tahun 1891. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis Mojokerto di lembah Kali Brantas tahun 1936. Karena temuan itu berupa fosil anak-anak, oleh Weidenreich dinamakan Pithecanthropus Robustus. Von Koenigswald menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis, karena ditemukan di Mojokerto.
Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari negara Belanda yang bernama Eugene Dudois. Fosil manusia purba ini ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur tahun 1891. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis Mojokerto di lembah Kali Brantas tahun 1936. Karena temuan itu berupa fosil anak-anak, oleh Weidenreich dinamakan Pithecanthropus Robustus. Von Koenigswald menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis, karena ditemukan di Mojokerto.
CIRI CIRI.
Pithecanthropus
1.
- Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
- Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
- Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap megantropus
- Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
- Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
- Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
- Bentuk hidung tebal
- Bagian beltakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
Jenis
jenis Pithecanthropus antara lain :
1.
Pithecanthropus Mojokertensis
Pada tahun 1936, telah ditemukan fosil tengkorak anak manusia purba oleh Weidenreich didesa Jetis, Mojokerto. Fosil manusia purba tersebut diberi nama Pithecanthropus Robustus, sedang Von Koeningswald menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.
Pada tahun 1936, telah ditemukan fosil tengkorak anak manusia purba oleh Weidenreich didesa Jetis, Mojokerto. Fosil manusia purba tersebut diberi nama Pithecanthropus Robustus, sedang Von Koeningswald menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.
2.
Pithecanthropus Soloensis
G.H.R. Von Koeningswald, Oppenorth, dan Ter Haar pada sekitar tahun 1931-1934 mengadakan penelitian di Lembah Sungai Bengawan Solo dan penemuan pertama di Ngandong(Blora) adalah fosil Pithecanthropus Soloensis artinya manusia kera dari Solo, kemudian ditemukan juga jenis Pithecanthropus di Sangiran yang diperkirakan hidup pada 900.000 sampai 200.000 tahun yang lalu diperkirakan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Cina.
G.H.R. Von Koeningswald, Oppenorth, dan Ter Haar pada sekitar tahun 1931-1934 mengadakan penelitian di Lembah Sungai Bengawan Solo dan penemuan pertama di Ngandong(Blora) adalah fosil Pithecanthropus Soloensis artinya manusia kera dari Solo, kemudian ditemukan juga jenis Pithecanthropus di Sangiran yang diperkirakan hidup pada 900.000 sampai 200.000 tahun yang lalu diperkirakan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Cina.
3.
Pithecanthropus Robustus Artinya manusia kera berrahang besar,jenis
ini di temukan di Sangiran pada tahun 1939 oleh Weidenreich dan Von
Keenigsswald.
- Pithecanthropus Erectus di temukan oleh Dr. Eugene dubois pada tahun 1890,1891dan 1892 diKedungbrubus Madiun danTrinil Ngawi.temuannya berupa tulang rahang bawah,tempurung kepala,geraham atas dan bawah Nama manusia purba ini berasal dari tiga kata, yaitu pithecos yang berarti kera, anthropus yang berarti manusia, dan erectus yang berarti tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus berarti “manusia kera yang berjalan tegak”. Nama sebutan itu didasarkan pada fosil yang ditemukan. Penemuan ini berupa tulang paha yang lebih besar dibandingkan tulang lengan. Demikian juga volume otaknya lebih besar dari pada kera, tetapi lebih kecil dari pada manusia.
Ketika itu, Eugène Dubois tidak berhasil
mengumpulkan fosil Pithecanthropus secara utuh melainkan
hanya tempurung tengkorak, tulang paha atas dan tiga giginya saja. Dan sampai
saat ini, belum ditemukan bukti yang jelas bahwa ketiga tulang tersebut berasal
dari spesies yang sama.[1] Sebuah laporan berisi 342 halaman
ditulis pada waktu itu tentang keraguan validitas penemuan tersebut. Meskipun
demikian manusia Jawa masih dapat ditemukan di buku-buku pelajaran saat ini.
Fosil yang lebih lengkap kemudian ditemukan di desa Sangiran, Jawa Tengah, sekitar 18km ke Utara dari kota Solo. Fosil berupa tempurung tengkorak manusia ini ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, seorang ahli paleontologi dari Berlin, pada tahun 1936. Selain fosil, banyak pula penemuan-penemuan lain di situs Sangiran ini.[2].
Sampai temuan manusia yang lebih tua lainnya ditemukan di Great Rift Valley, Kenya, temuan Dubois dan von Koenigswald merupakan manusia tertua yang diketahui. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Banyak ilmuwan pada saat itu yang juga mengajukan teori bahwa Manusia Jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara manusia kera dengan manusia modern saat ini. Saat ini, antropolog bersepakat bahwa leluhur manusia saat ini adalah Homo erectus yang hidup di Afrika
Fosil yang lebih lengkap kemudian ditemukan di desa Sangiran, Jawa Tengah, sekitar 18km ke Utara dari kota Solo. Fosil berupa tempurung tengkorak manusia ini ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, seorang ahli paleontologi dari Berlin, pada tahun 1936. Selain fosil, banyak pula penemuan-penemuan lain di situs Sangiran ini.[2].
Sampai temuan manusia yang lebih tua lainnya ditemukan di Great Rift Valley, Kenya, temuan Dubois dan von Koenigswald merupakan manusia tertua yang diketahui. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Banyak ilmuwan pada saat itu yang juga mengajukan teori bahwa Manusia Jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara manusia kera dengan manusia modern saat ini. Saat ini, antropolog bersepakat bahwa leluhur manusia saat ini adalah Homo erectus yang hidup di Afrika
2)
MeganthropusPalaeojavanicus
Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar, anthropus yang berarti manusia, palaeo yang berarti tertua, dan javanicus yang berarti Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus berarti “manusia besar tertua dari Jawa”. Arti ini diambil berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tulang rahang atas dan rahang bawah jauh lebih kuat dari pada Pithecanthropus Erectus. Fosil ini ditemukan oleh von Koenigswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941. Sekarang di tempat tersebut dibangun Museum Purbakala Sangiran. Von Koenigswald menganggap fosil ini lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar, anthropus yang berarti manusia, palaeo yang berarti tertua, dan javanicus yang berarti Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus berarti “manusia besar tertua dari Jawa”. Arti ini diambil berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tulang rahang atas dan rahang bawah jauh lebih kuat dari pada Pithecanthropus Erectus. Fosil ini ditemukan oleh von Koenigswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941. Sekarang di tempat tersebut dibangun Museum Purbakala Sangiran. Von Koenigswald menganggap fosil ini lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Yaitu
manusia purba paling primitif(tua), ditemukan oleh G.H.R. Von Koeningswald di
daerah Sangiran pada lapisan pleistosen bawah(lapisan pucangan)pada tahun 1936
dan 1941. Hasil temuan fosil tersebut berupa tulang bagian bawah dan atas.
Fosil yang serupa juga ditemukan Marks dilapisan Kabuh(pleistosen tengah) pada
tahun 1952. Berdasarkan penelitian tulang rahang atas dan tulang rahang bawah,
makanan Meganthropus Palaeojavanicus adalah tumbuh-tumbuhan. Karena makanannya
tanpa melalui proses pemasakan, maka gigi rahangnya besar dan kuat. Meganthopus
diperkirakan hidup pada 2-1 juta tahun yang lalu. Sesuai Dengan arti namanya,
manusia purba besar dan tertua di Pulau Jawa
3)
Homo
Homo berarti “manusia”. Fosil ini disebut homo karena menurut penyelidikan yang dilakukan oleh von Koenigswald, makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dari pada Pithecanthropus Erectus. Bahkan makhluk homo sebanding dengan manusia biasa. Ada dua jenis fosil homo, yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Homo berarti “manusia”. Fosil ini disebut homo karena menurut penyelidikan yang dilakukan oleh von Koenigswald, makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dari pada Pithecanthropus Erectus. Bahkan makhluk homo sebanding dengan manusia biasa. Ada dua jenis fosil homo, yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Homo
Soloensis
berarti “manusia dari solo”. Fosil di temukan oleh Ter Haar dan Oppenorth di
daerah Ngandong lembah Bengawan Solo. Sedangkan Homo Wajakensis berarti
“manusia dari wajak” karena memang ditemukan di Desa Wajak, dekat Tulungagung
Jawa Timur. Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889. Jenis
manusia purba ini setingkat dengan Homo Soloensis. Fosil ini
diperkirakan mirip dengan penduduk asli Australia.
Berdasarkan
perkembangannya dikenal jenis homo yang lain yaitu Homo Sapiens. Homo
Sapiens berarti “manusia cerdas”. Jadi, jenis manusia ini jauh lebih
sempurna jika dibandingkan dengan makhluk sebelumnya. Jenis inilah yaang
dikatakan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.
Menurut
von Koenigswald, fosil-fosil tersebut ditemukan di lapisan yang berbeda. Fosil Meganthropus
Palaeojavanicus ditemukan di lapisan dilluvium bawah (lapisan
Jetis). Fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan di lapisan dilluvium
tengah (lapisan Trinil). Adapun fosil Homo ditemukan di lapisan dilluvium
atas (lapisan Ngandong). Berdasarkan keterangan tersebut dapat di simpulkan
bahwa Meganthropus lebih tua dari pada Pithecanthropus Erectus.
Namun, Pithecanthropus Erectus lebih tua dibandingkan dengan Homo.
CIRI
CIRI JENIS HOMO :
- Muka lebar
- Hidung lebar
- Mulut masih menonjol
- Volume otak lebih dari 1350 cc.
- Berjalan tegak
- Alat dari batu
JENIS
JENIS HOMO :
- HOMO WAJAKENSIS
Di
temukan di Wajak Tulung Agung pada tahun 1889 oleh VON RIETSCHOTEN, temuan ini
kemudian di selidiki oleh Dr.EUGENE DUBOIS kemudian di sebut Homo
eajaketensis.lapiasan asalnya adalah pletosen atas. Oleh Von keenigswald di
masukan homosapien.
KAMI
- HOMO SOLOENSIS
Pada
waktu ahli belanda C.ter Haar menemukan lapisan tanah di Ngandong NgawiJawa
Timur pada tahun 1931-1932. Kemudian di selidiki oleh Von Keenigswald berupa 11
tengkorak dari keadaan jenis ini bukan lagi kera mealinkan manusia.
CIRI
CIRINYA
·
Volume otaknya 1000cc – 1200cc
·
Tinggi badan 130 – 210 cm
·
Kening tidak menonjol ke depan
·
Bediri tegak dan berjalan tegak
·
Tulang rahang tidak terlalu kuat
KAMI
- HOMO SAPIEN
Homo
sapien artinya manusia cerdas.berasal dari zaman holosen tubuhnya menyerupai
manusia sekarang. Menurut penelitian meerupakan hasil kelanjutan dari homo
wajakertensis. Memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dari manusia purba lainnya
bahkan kebudayaannya tergolong pada betu tengah
CIRI
CIRINYA
·
Volume otaknya 1000cc – 1200cc
·
Tinggi badan 130 – 210 cm
·
Kening tidak menonjol ke depan
·
Bediri tegak dan berjalan tegak
·
Tulang rahang tidak terlalu kuat KAMI
·
Otot tengkuk mengalami penyusutan
No comments:
Post a Comment