ANALISIS FISIKA KIMIA
Peranan laboratorium sangat penting sekali dalam mengendalikan pencemaran
yaitu menentukan jenis unsur kimia yang harus dibuang dari limbah. Dalam
merancang suatu peralatan pengolahan limbah, parameter pencemar yang bersifat
posisi kunci perlu sekali diketahui secara tepat bersamaan dengan
nilai-nilainya, yang dapat diketahui melalui penganalisaan laboratorium.
Penentuan derajat kekotoran air limbah dapat
diprediksi dari sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang
penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta
bau dan warna dan juga temperatur.
Jumlah endapan pada contoh air merupakan sisa
penguapan dari contoh air limbah pada suhu 103-105°C. Beberapa komposisi air
limbah akan hilang apabila dilakukan pemanasan secara lambat. Jumlah total
endapan terdiri dari benda-benda yang mengendap, terlarut, tercampur. Untuk
melakukan pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan mengadakan pemisahan air
limbah dengan memperhatikan besar-kecilnya partikel yang terkandung di
dalamnya.
Dengan mengetahui besar-kecilnya: partikel yang terkandung di dalam air
akan memudahkan kita di dalam memilih teknik pengendapan yang akan diterapkan
sesuai dengan partikel yang ada di dalamnya. Air limbah yang mengandung partikel
dengan ukuran besar memudahkan proses pengendapan yang berlangsung, sedangkan
apabila air limbah tersebut berisikan partikel yang sangat kecil ukurannya akan
menyulitkan dalam proses pengendapan, sehingga untuk mengendapkan benda ini
haruslah dipilihkan cara pengendapan yang lebih baik dengan teknologi yang
sudah barang tentu akan lebih canggih.
Endapan dengan ukuran di atas 10 mikron dapat dihilangkan melalui proses
penyaringan dan pengendapan, sedangkan ukuran di bawah 1 mikron memerlukan satu
atau lebih cara pemisahan yang lebih tinggi. Hal inilah yang dipergunakan
sebagai pertimbangan sehingga pada tes analitik dilakukan pemisahan menjadi 3
golongan besar yaitu :
1. Golongan zat yang mengendap
2. Golongan zat yang tersuspensi,
3.
Golongan zat padat yang terlarut.
Zat-zat
padat yang bisa mengendap adalah zat padat yang akan mengendap pada kondisi
tanpa bergerak atau diam kurang lebih selama 1 jam sebagai akibat gaya beratnya
sendiri. Besarya endapan diukur dengan alat pengukur yang dinyatakan dalam
satuan miligram setiap liter air limbah. Hal ini sangat penting untuk
mengetahui derajat pengendapan dan jumlah endapan yang ada di dalam suatu
bahan air. Jumlah total endapan dapat dideteksi dengan penyaringan terhadap air
kotor melalui kertas fiber atau saringan 0,45 mikron dan mengukur berat kering
dari. material yang terkumpul dalam satuan mg/l. Apabila contoh yang diambil
berasal dari reaktor aktif air limbah, maka endapan
tersebut dikenal sebagai MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid). Hasil
endapan ini bila dipanaskan pada suhu 600°C, maka
sebagian bahan akan menguap dan sebagian lagi akan berupa
bahan sisa yang sangat kering. Beberapa bahan organik akan
dibusukkan di dalam air, amonia, CO2, karbonat dan bahan lainnya adalah
komponen dari bahan yang kering tersebut. Adapun
bahan yang teruapkan dikenal sebagai volatile, sedangkan benda
yang tersisa akibat penguapan disebut fixed. Jika MLSS diuapkan pada suhu
600°C, maka hasilnya disebut
sebagai mixed liquor volatile suspended solids atau MLVSS.
Untuk mengetahui lebih luas tentang analisis
pencemar air, maka perlu kiranya diketahui juga secara detail mengenai
kandungan pencemar yang ada di dalam air limbah juga sifat-sifatnya.
Analisis Pencemar Air di Laboratorium dapat
dibedakan menjadi tiga bagian besar di antaranya :
1. Sifat fisik
2. Sifat kimiawi
3. Sifat biologisnya.
Adapun
cara pengukuran yang dilakukan pada setiap jenis sifat tersebut dilaksanakan
secara berbeda-beda sesuai dengan keadaannya.
PENGUKURAN
-
KEKERUHAN
-
JAR TEST
-
DAYA HANTAR LISTRIK
-
PENETAPAN WARNA
-
pH
-
PADATAN
1. KEKERUHAN
Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel‑partikel
kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 mm. Partikel‑partikel kecil dan koloid
tersebut tidak lain adalah : Pasir/kwarts, tanah liat/lempung/lumpur, zat
organik, sisa tanaman, plankton, ganggang,dan sebagainya.
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan
sejenis bahan kimia dengan sifat‑sifat tertentu yang disebut Koagulan. Umumnya koagulan tersebut
adalah tawas, dan dapat pula garam. Fe (III),
polielelektrolit organic.
Kekeruhan merupakan
sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang
melaluinya, dan tidak dapat dihubungkan
secara langsung antara kekeruhan dengan
zat padat tersuspensi, karena tergantung
juga kepada ukuran dan bentuk butir . Ada 3 metoda pengukuran kekeruhan:
a. Metoda nefelometrik (unit
kekeruhan nefeloimetrik Ftu atau Ntu),
b. Metoda Hellige Turbidimetri (unit
kekeruhan silika),
c. Metoda visual (unit kekeruhan Jackson).
Metoda visual adalah cara kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan yang
tinggi, yaitu lebih dari 25 unit, sedangkan metoda nefelometrik lebih sensitif
dan dapat digunakan untuk segala tingkat kekeruhan. Metoda yang akan dijelaskan
di bawah adalah metoda nefelometrik.
Gambar 1. . Hubungan
antara nilai kekeruhan dan kadar zat terlarut
a. suspensi
kwarts halus,
b. suspensi
hwarts kasar,
c, air sungai,
d.
air PAM setelah proses flokulasi
Prinsip
Metoda Nefelometrik.
Prinsip metoda nefelometrik adalah perbandingan antara intensitas
cahaya yang dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensitas cabaya yang
dfhablurkan oleh sesuatu larutan keruh standard pada kondisi yang sama
Semakin tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin tinggi pula
kekeruhannya. Sebagai standard kekeruhan dipergunakan suspensi polimer furmazin
(make satuan penentuan adalah Formazin Turbidity Unit Ftu/Ntu).
2. JAR TEST
digunakan untuk menentukan dosis yang optimal dari koagulan dan
nilai‑nilai parameter lain seperti pH, jenis, koagulan yang akan mempengaruhi
proses flokulasi.
Umumnya sample/air limbah biasanya merupakan larutan koloid
merupakan larutan yang berisikan partikel‑partikel halus/ kecil dan berbentuk
koloid yang stabil dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.Partikel‑partikel
kecil ini terlalu ringan dan sulit untuk mengendap dalam waktu yang pendek
(beberapa jam)
2.Partikel‑partikel
tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang. lebih besar
dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara partikel
satu dengan lainnya sama.
Gambar 2 . Rangkaian peralatan jar test
Penentuan Dosis Koagulan
dengan Jar Test
Penentuan dosis koagulan yang akan digunakan dalam penjernihan air adalah
sebenarnya tidak mungkin dilakukan secara langsung karena adanya beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam air yang akan di olah tersebut diantaranya
adalah pH, waktu pengadukan dan lainnya. Oleh karena itu digunakan proses jar
test untuk menentukan dosis yang tepat ontuk proses koagulasi ( Okun, 1984).
Proses Jar Test terdiri
dari 3 langkah yaitu :
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat ( 1 menit ; 100 rpm )
2. Pengadukan lambat untuk pembentukan flok-flok ( 15 menit ; 20 rpm )
3. Penghapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan
melalui sedimentasi ( 30 menit ; 0 rpm )
Gambar 3. Pengaruh
penambahan tawas terhadap kekeruhan [NTU]
Dengan penambahan Koagulan (contoh:alum) seperti disebutkan di atas, maka
stabilitas air sample/limbah akan terganggu dan ada dua proses yang terjadi :
- Sebagian kecil kristal tawas Al2 (SO4)3.11 H20 (alum) yang terlarut dalam air; molekul ini mengubah muatan elektrisnya menjadi molekul bermuatan positip (Al+), dan membentuk molekul
pH < 7 à Al (OH)2+,
Al (OH)24+ , Al2 (OH)2 4+
pH > 7 à
Al (OH)‑4
karena koloid biasanya bermuatan negatip (pada pH
5 s/d 8), maka dengan adanya muatan yang berbeda partikel/koloid (bermuatan
negatif) dan Al+ akan tarik menarik & berikatan sehingga
membentuk gumpalan/flok.
- Sebagian besar tawas bereaksi dengan air dan akan mengendap sebagai flok Al(OH)3 yang dapat mengurung koloid dan membawanya ke bawah.
Mekanisme reaksi :
Hidrolisa atom Al dalam air menurut reaksi umum,
ditunjukkan sebagai reaksi yang bolak balik :
Al2
(SO4)3 + 6 H20 <=> 2AL(OH)3 +6H++S042
Reaksi
bolak balik
Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H+ yang bereaksi
dengan SO4 dan menbentuk asam sulfat, sehingga pH larutan berkurang
dan berakibat terjadi efek pengasaman.
Proses flokulasi tidak dapat berlangsung dengan baik dalam air yang
mengandung kadar Al yang tinggi, karena H terlalu rendah, sedang untuk
membentuk Al(OH)3 dibutuhkan pH 6 sampai 8. Asam yang terjadi dapat
dinetralkan dengan bufer alkali.
Pada proses flokulasi selain zat padat berupa partikel dan koloid,
maka warna (pH < 7), sedikit fosfat dan logam terlarut akan terendapkan oleh
flok‑flok AI(OH)3
Supaya
proses tersebut efisien, flok‑flok harus terbentuk dengan baik. Yaitu melalui
pengadukan yang cukup lama kira‑kira 16 menit. Proses pembentukan flok‑flok ini
akan optimal apabila proses flokulasi yang berlangsung pada pH 6 sampai 8
Langkah-langkah
proses Koagulasi:
1. Pelarutan reagen (limbah + koagulant) dengan pengadukan
cepat (1 menit; 100 rpm; bila perlu juga tambahkan bahan kimia untuk koreksi
pH.
2. Pengadukan lambat
untuk membentuk flok‑flok (15 menit; 20 rpm). Pengadukan yang terlalu cepat
dapat merusak flok yang telah terbentuk.
3. Pengendapan flok‑flok dengan koloid yang terkurung dari larutan me lalui
sedimentasi (15 menit atau 30 menit; 0 rpm).
Tawas (bahasa
Inggris: alum) dapat terdiri dari:
Al2(S04)3
‑ 11H20, atau ‑14 H20, atau -18H20;
komposisi
tawas sebagai hasil tambang adalah
Al2
(S04)3 ± 14 H20,. kristal dengan mutu, p.a.
bersifat 18 H20
Al2 (SO4 )3
‑ XH2 0‑
flok‑flok AI(OH)3 yang mengendap dan berwarna putih.
FAKTOR‑FAKTOR
PENGHALANG EFEKTIFITAS
PROSES KOAGULASI/FLOKULASI :
Proses flokulasi sebenarnya bisa terganggu. Dan efisiensi proses tersebut sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
-
kadar
dan jenis zat suspensi,
-
pH
Iarutan,
-
kadar
dan jenis flokulan
-
waktu
dan kecepatan pengadukan
-
ion-ion
terlarut yang tertentu (seperti fat/lemak, sulfat dan sebagainya).
Kesalahan
kesalahan yang biasanya terjadi di dalam melakukan percobaan flokulasi :
-
pengambilan
sampel tidak representatip
-
sampel
tidak diaduk menyebabkan zat tersuspensi yang berat tertinggal di bawah.
-
pembubuhan
dosis tawas yang tidak teliti;
-
perubahan
nilai pH yang tidak terkontrol;
-
saat
pembubuhan flokulan atau bahan pengatur pH ke dalam jar test tidak bersamaan;
3. WARNA
Warna di
dalam air disebabkan karena adanya ion-ion metal alam besi dan mangan), humus,
plankton, rumput laut dan bahan-bahan buangan industri.
Warna dalam air
dapat dibedakan dua macam.
- Warna
sesungguhnya (true colour)
Merupakan warna
yang ditimbulkan oleh kandungan senyawa organik seperti lignin, humus dan
dekomposisi bahan-bahan organik (daun, tumbuhan dll)
- Warna bukan
sesungguhnya (Aperent colour)
Merupakan warna
yang ditiimbulkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi dalam air buangan
industri dsb. Warna bukan sesungguhnya ditetapkan dari sample tanpa dilakukan
penyaringan
4. pH
Sebelum abad 18, asam & basa dibedakan menurut
rasanya (asam/basa). Pada abad 18, menurut teori Archenius sudah dapat diketahui bahwa semua asam
mengandung gugus hidrogen H+ dan semua basa banyak mengandung gugus
hidroksil OH- . Teori ionisasi asam menganggap sebagai suatu molekul yang
terdiri dari ion H+ dan sisa asam.
Prinsip
pengukuran pH menunjukkan kadar asam atau basa didalam suatu larutan, dan
sebetulnya pH menunjukkan aktifitas ion hidrogen H+ .
Dalam
ilmu ketekniklingkungan aktifitas ini perlu mendapat perhatian, karena :
-
ion H+
selalu dalam kesetimbangan dinamis dengan air/H2O yang membentuk
suasana (asam/basa) untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah
pencemaran air
-
ion H+
tidak hanya berasal dari unsur H2O saja tetapi juga banyak berasal
dari unsur senyawa yang lain.
-
Lewat
aspek kimiawi, suasana pH air juga sangat mempengaruhi beberapa hal a.l. :
kehidupan biologi dan mikrobiologi.
Peranan
ion hidrogen tidak ada artinya kalau pelarutnya bukan air. (alkohol)
- Keasaman Air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman di tetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai
pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh
mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota tertentu. Demikian
juga makhluk-makhluk lain tidak dapat hidup seperti ikan. Air yang mempunyai pH
rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan-bahan konstruksi besi yang
kontak dengan air. Limbah air dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan
yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik pembuatan kawat atau
seng. Air limbah pabrik ini sebelum dibuang keperairan pada umumnya
dinetralisasi dahulu. Buangan air bersifat alkalis (biasa) bersumber dari buangan
mengandung bahan-bahan organik seperti senyawa karbonat, bikarbonat dan
hidroksida. Demikian juga buangan asam ini berasal dari bahan-bahan kimia yang
bersifat asam atau adakalanya pada air yang bersifat alami.
- Kebasaan/Alkalinitas Air
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditemukan air senyawa karbonat,
garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya
kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi
kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih.
Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang mempunyai kesadahan
rendah karena zat-zat tersebut dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya
kerak pada Binding dalam ketel maupun pipa-pipa pendingin. Kandungan magnesium,
natrium dan kalium harus diturunkan serendah-rendahnya agar kesadahan menjadi
minim. Oleh sebab itu untuk menurunkan kesadahan air
dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan
ion Ca CO3 ion Mg bikarbonat dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment