I. PENDAHULUAN
Industri kimia
merupakan suatu sistem organisasi usaha yang “profit oriented”, artinya,
disamping bertujuan menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi kemaslahatan
umat, industri kimia juga mengharapkan keuntungan dibidang finansial. Suatu
penelitian kimia secara laboratorium yang menghasilkan suatu produk, metoda
atau cara yang baru yang lebih baik, dapat diangkat menjadi ide pendirian suatu
industri kimia. Namun sebelum pendirian suatu industri kimia tersebut
direalisasikan, perlu dilakukan perhitungan awal, atau yang disebut dengan
prarancangan industri kimia. Hasil prarancangan ini akan digunakan sebagai
pertimbangan apakah ide tersebut menarik untuk direalisasikan dan berprospek
baik secara komersial atau disebut dengan layak untuk didirikan. Setelah
prarancangan selesai, baru diikuti dengan penyusunan proyek perancangan
industri, dan langkah terakhir berupa pembangunan fisik. Prarancangan ini
meliputi beberapa tahap, yang berakhir pada
evaluasi ekonomi untuk mengetahui kelayakan suatu industri untuk didirikan.
. Langkah-
langkah prarancangan industri kimia meliputi 1). Tujuan didirikannya industri
kimia; 2) Menentukan jenis dan mekanisme proses yang ada di dalamnya (termasuk
proses kimia dan proses fisika); 3) Menentukan kapasitas produksi; 4)
Menghitung banyaknya bahan/ zat yang
keluar dan masuk dari dan ke dalam suatu alat proses ( dengan menggunakan
konsep neraca bahan); 5) Menghitung
banyaknya panas yang keluar dan masuk dari dan ke dalam suatu alat
(menggunakan konsep neraca panas); 6) Merancang alat- alat produksi ( reaktor,
alat pemurnian, alat penukar kalor
dll.); 7) Menghitung utilitas yang
diperlukan ( meliputi: air, udara, bahan bakar, uap air); 8). Melakukan
evaluasi ekonomi untuk menentukan kelayakan didirikannya industri kimia tersebut.
II. LANGKAH PRARANCANGAN
INDUSTRI KIMIA
Terdapat delapan langkah perhitungna dalam
prarancangan industri kimia, yaitu:
- Menentukan tujuan didirikannya suatu industri kimia
Tujuan pendirian suatu industri ditentukan dengan
mempertimbangkan beberapa aktor, meliputi:
- Terdapatnya bahan baku ( raw material yang melimpah atau belum digunakan secara maksimal, merupakan faktor yang mendorong ide didirikannya suatu industri kimia.
- Manfaat produk yang dihasilkan.
- Pemenuhuan atas kebutuhan suatu produk ( semula produk diperoleh secara import, maka dengna dibangunnya industri di Indonesia, maka mengurangi ketergantungan importa atas suatu barang.
- Penampungan tenaga kerja, sesuai dengan tingkatannya.
- Menentukan jenis dan mekanisme proses yang ada/ yang dijalankan.
Macam atau jenis serta mekanisme proses yang akan dilakukan dalm industri, dapat
ditentukan berdasar penelitian pendahuluan secara laboratorium. Biasanya
penelitian- penelitian dengan topik
penentuan kondisi operasi optimal dalam suatu proses, merupakan acuan kondisi operasi yang akan diretapkan
dalam skala industri. Sedangkan mekanisme proses yang dilakukan, pada
prinsipnya juga sama dengan mekanisme pada penelitian pendahuluan, hanya
perbedaannya terletak pada sistem operasinya. Untuk penelitian skalal
laboratorium, operasinya secara batch, analiais terhadap hasil proses dilakukan
setelah proses berakhir. Sedangkan pada
skala industri, biasanya
prosesnya berjalan secara kontinyu. Sehingga perlu ditentukan alat- alat proses
yang sesuai. Misalnya untuk proses ditilasi (penyulingan), pada skala
laboratorium, proses distilasi dilakukan dalam suatu alat labu leher tiga,
dilengkapi dengan alat pendingin (kondensor) satu arah, dan pemanasan dilakukan
dengan api langsung atau dengna water bath. Untuk skala industri, proses
distilasi dilakukan secara bertingkat,
menggunakan suatu kolom tegak (silinder tegak), dengan menggunakan alat
pengembun (kondensor) dan pemanasan dilakukan dengan panas yang berasal dari
uapa aiar yang dihasilakn oelh suatu alat yang disebut Reboiler..
- Menentukan kapasitas produksi (Pettrs M.S; 2003)
Kapasitas produksi suatu industri biasanya ditentukan
berdasarkan jumlah produk yang akan dihasilkan dengan kemurnian tertentu, yang
besarnya dapat dilihat dari berbagai sumber, misalnya dari Biro Pusat
Statistik, dari biro ini dapat diketahui kebutuhan akan suatau produk untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dari data industri yang telah ada ( tentang
bahan pembantu dll. yang diperlukan). Berdasarkan data- data ini, kemudian ditentukan besarnya kapasitas
produksi. Setelah kapasitas produksi
ditentukan, dapat diprediksi hasil
penjualan produk secara total. Dengan
mengetahui ongkos pemebelian bahan baku,
dan harga jual produk, dapat dilihat
apakah industri akan meraih keuntungan atau tidak, walaupun keuntungan
secara signifikan masih harus dihitung dengan analisis ekonomi (analisis rugi –
laba) dengan menggunakan beberapa kriteria.
- Menghitung banyaknya bahan/ zat yang keluar atau masuk dari dan ke suatu alat proses. (Geankoplis; 1992)
Banyaknya zat ( bahan ) yang keluar dan masuk dari dan
ke suatu alat proses akan menentukan
volume/ kapasitas suatu alat
proses yang digunakan, serta mengetahui
massa zat/ bahan yang diperlukan dan yang dihasilkan yang selanjutnya akan
menentukan biaya pembelian zat, serta berperan dalam perancangan alat proses yang terkait.
Penentuan bahan- bahan yang keluar masuk dalam suatu alat proses dilakaukan
dengan mengunakan konsep neraca massa.
Konsep neraca massa merupakan aplikasi dari
konsep kekekalan massa, yang menyatakan bahwa massa bahan yang masuk sama dengan massa bahan yang keluar dari suatu alat
proses.
- Menghitung banyaknya panas yang keluar atau yang masuk dari dan ke dalam suatu alat proses. ( Himmelblau; 1984)
Analog dengan konsep neraca massa,
konsep neraca panas diturunkan dari konsep
kekekalan panas, yang mengatakan: panas yang masuk ke dalam suatu alat proses
sama dengan panas yang keluar dari alat tersebut. Banyaknya panas yang masuk
dan keluar dalam suatu proses menentukan banyaknya zat pendingin (air) dan zat
pemanas (uap air atau fluida panas lainnya). Dengan menghitung panas yang
terlibat maka akan berpengaruh dalam perancangan
alat terkait, disamping itu proses dapat berjalan dengan aman. Jika proses
tersebut menghasilkan panas, maka sejumlah panas yang dihasilkan dapat diantisipasi,
sehingga tidak mengganggu jalannya proses maupun mengakibatkan terjadinya
polusi panas pada lingkungan.
- Merancang alat- alat produksi / alat- alat proses
Ditinjau dari proses yang terjadi, dalam industri kimia
pada umumnya terdiri dari 2 macam proses; yaitu proses kimia/ reaksi kimia
(terbentuk zat baru) dan proses fisik (
terjadi perubahan fisik). Dengan melakukan perancangan semua alat yang
diperlukan, dapat diprediksi biaya yang diperlukan untuk pengadaan alat. Alat-
alat produksi dalam industri kimia meliputi:
a. Reaktor merupakan tempat terjadinya
reaksi kimia, perancangan atas alat ini sangat spesifik, tergantung
pada: jenis reaksi yang terjadi ( homogen, heterogen, eksotermal, endotermal,) Ada bebrapa jenis rector
yang digunakan dalam industri kimia, antara lain: Reaktor Alir Tangki
berpengaduk (RATB), Reaktor Alir Pipa (RAP), Shell and Tube Reactor, Fluidized
Bed Reactor .( Westerterp, Swaij and Beenackers; 1994)
b.
Alat Proses yang bekerja secara
fisik. Alat- alat ini pada pronsipnya merupakan alat pemisahrnian produk dan
alat pencampur, yang digunakan untuk menyesuaikan keadaan fisik dari zat/ bahan
yang diolah, agar kondisinya sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan/
diinginkan. Kondisi tersebut meliputi: suhu
(digunakan alat penukar kalor/ heat exchanger = HE), tekanan (digunakan kompresor atau pompa), ukuran butiran (digunakan alat penumbuk, alat pengayak,), fasa zat (digunakan alat penguap, atau pengembun, alat pengering), kemurnian bahan ( digunakan alat
distilasi, alat ekstraksi, alat adsorbsi). (Brown G.G: 1989. dan Geankoplis;
1992 ).
- Menghitung banyaknya utilitas yang diperlukan ( meliputi: air, uap air, udara tekan dan listrik )
Menurut artinya, utilitas adalah bahan yang diperlukan
untuk menujang terlaksananya suatu proses. Yang termasuk dalam utilitas adalah:
air, uap air, udara dan listrik.
a.
Air dalam industri kimia
mempunyai beberapa fungsi, yaitu: sebagai air keperluan rumah tangga industri,
air proses, air pencuci dan air pembangkit tenaga uap (air umpan boiler).
Masing- masing jenis air mempunyai persyaratan yang berbeda. Kebutuhan total
air untuk industri dihitung dengan cara
menghitung kebutuhan air pada tiap- tiap alat. Alat produksi yang memerlukan
air adalah: alat pencuci, alat pendingin (cooler) dan ketel pembangkit uap air.
Dengan menggunakan konsep neraca massa dan neraca panas
dan pada tiap alat, maka kebutuhan air
dapat diketahui. ( Powell S.T: 1992)
b.
Uap air dalam industri kimia
berfungsi sebagai sumber panas. Alat-
alat proses industri yang memerlukan uap air sebagai pemanas misalnya adalah:
alat penguap (evaporator), alat
pendidih kembali (reboiler), alat
pemanas (heater). Seperti halnya pada
penenetuan kebutuhan air, kebutuhan akan uap air ditentukan dengan bantuan
neraca massa
dan neraca panas. (Geankoplis C.J; 1992)
c.
Udara tekan dan udara panas
banyak digunakan dalam industri kimia pada proses pengeringan dan proses
pembakaran bahan bakar yang berlangsung dalam suatu dapur pembakaran. Banyaknya
udara tekan dapat diketahui dengan cara merancang alat- alat yang membutuhkan
udara tekan
d.
Dalam industri kimia, listrik
digunakan untuk keperluan penerangan,
pemompaan dan alat- alat angkut lainnya
seperti conveyor dan elevator. Prediksi
kebutuhan listrik dihitung berdasarkan perancangan terhadap alat- alat yang
memerlukan listrik.
- Melakukan evaluasi ekonomi.
Evaluasi ekonomi dilakukan untuk
menentukan kelayakan didirikannya suatu industri kimia. Yang dilamsud dengan industri kimia yang
layak didirikan adalah industri kimia yang apabila beroperasi akan mendapatkan
keuntungan secara financial. Dengan mengetahui besarnya modal, baik modal tetpa
maupun modal kerja, besarnya biaya produksi, pendapatan dari penjualan
produk, memperhitungkan besarnya
pengeluaran tak terhingga seta besarnya
pajak yang harus dibayarkan, menurut Aries R.S and Newton R.D (1988),
dengan alur perhitungan tertentu akan diperoleh beberapa kriteria yang
digunakan sebagai tolok ukur penentuan kelayakan didirikannya suatu industri.
Tolok ukur tersebut meliputi Break
event Point (BEP); Pay Out Time Period (POT), Discounted Cash Flow (DCF), Shut Down Point (SDP) dan Return
On Investment (ROI).
a.
Break Event Poin (BEP ) adalah kapasitas produksi ( dinyatakan
dengna k% kapasitas penuh) dimana dengan produksi sebesar ini, maka industri tidak
mengalami rugi maupun laba. Misalnya suatu industri memepunyai kapasitas
produksi 100 000 ton tiap tahun. Jika dari perhitungan diperoleh harga BEP sebesar 40%, ini bertarti bahwa jika
industri sudah beroperasi sebanyak 40.000 ton per tahun , maka industri tidak
rugi dan tidak laba. Namun jika berproduksi lebih kecil dari 40.000 ton per
tahun industry akan mengalami kerugian. Demikian pula sebaliknya.
b.
Pay Out Time Period (POT) adalah kurun waktu dimana modal tetap
yang dikeluarkan oleh industri akan kembali.
c.
Discounted Cash Flow (DCF) adalah besarnya bunga per tahun yang
bias doperoleh pihak penanam modal. Misalnya seseorang menanam modal sebesar
Rp. 100.000.000. Jika harga DCF
sebesar 20% berartai tiap tahun akan menerima keuntungan sebesar 20% x Rp. 100.000.000
= Rp. 20.000.000. Ini berarti bahwa ditinjau dari DCF, industri ini menarik untuk didirikan. (karena bunga Bank
sebesar 12% per tahun).
d.
Shut Down Point (SDP) adalah besarnya kapasitas produksi yang
mengakibatkan industri tutup. Semakin kecil harga SDP industri semakin layak atau menarik untuk dibangun.
e.
Return On Investment (ROI) adalah besarnya keuntungan (dinyatakan dalam % )yang diperoleh setiap
tahun. Return On Investment dihitung berdasarkan besarnya modal teteap.
Setelah harga- harga
BEP, POT, DCE, SDP dan ROI
dapat diketahui, dan dengan memperhatikan tingkat risiko dari industri,
dapat ditarik suatu kesimpulan tentang
kelayakan industri tersebut didirikan.
III. Penutup
Berdasarkan uraian di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa industri kimia adalah merupakan suatu organisasi
usaha yang “profit oriented”, disamping menghasilkan produk yang bermanfaat
bagi kesejahteraan umat, pihak industri juga berharap mendapatkan keuntungan
dibidang ekonomi/ finansial. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka sebelum dilaksanakan proyek pembangunan fisik
suatu industri kimia perlu dilakukan
prarancangan terlebih dahulu, dengan
tujuan mengetahui kelayakan didirikannya suatu industri kimia tersebut.
Langkah- langkah prarancangan industri kimia meliputi
1). Menentukan tujuan didirikannya industri kimia; 2) Menentukan jenis dan
mekanisme proses yang ada di dalamnya (termasuk proses kimia dan proses
fisika); 3) Menentukan kapasitas produksi; 4) Menghitung banyaknya bahan/ zat yang keluar dan masuk dari dan ke
dalam suatu alat proses ( dengan menggunakan konsep neraca bahan); 5)
Menghitung banyaknya panas yang keluar
dan masuk dari dan ke dalam suatu alat (menggunakan konsep neraca panas); 6)
Merancang alat- alat produksi ( reaktor, alat pemurnian, alat penukar kalor dll.); 7) Menghitung utilitas yang diperlukan (
meliputi: air, udara,, uap air dan listrik); 8). Melakukan evaluasi ekonomi
untuk menentukan kelayakan didirikannya
industri kimia tersebut.
Kelayakan dididirkannya suatu industri kimia dapat
ditentukan oleh besarnya harga- harga BEP (Break
Event Point), POT period (Pay Out
Time Period), DCF Discounted Cash Flow), SDP ( Shut Down Point) dan ROI
(Return On Investment)
IV. Daftar Pustaka
Aries R.S., and Newton
R.D., (1988), “Chemical Engineering Cost
Estimation”, McGraw Hill Book Co, London
Brown G.G, (1989), “Unit Operations”, Modern Asia Edition, Japan
Geankoplis C.J., (1992), “ Transport Processes and Unit Operation”, Allyn and Bacon Co, Toronto
Himmelblau D.M, (1984), “Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering”, Prentice Hall
Inc. New jersey.
Petters M.S, Timmerhaus K.D, and West R.E (2003), “Plant Design and Economics for Chemical Engineers”, Mc Graw Hill
Book, New York
Powell S.T (1992), “Water Conditioning for Industry”,
Mc Graw Hill Book Co. Inc. Tokyo
Westerterp K.R, Swaij W.P.M.V and Beenackers A.A.C.M
( 1994) “ Chemical Reactor Design and Operations”, John
Wiley and Sons, New York.
No comments:
Post a Comment